Remah Harian

YUUK NGACA…

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup
Jumat, 9 September 2022, Jumat Pekan Biasa XXIII
Bacaan: 1Kor. 9:16-19,22b-27Mzm. 84:3,4,5-6,12Luk. 6:39-42.

“Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?…. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”

(Luk 6: 41. 42b)

Menurut cerita Aesop (620 – 560 SM), setiap manusia lahir di dunia dengan dua kantong tergantung di lehernya, satu di depan dan satu di belakang. Kedua kantong itu penuh dengan kesalahan-kesalahan. Kantong yang berada di depan penuh dengan kesalahan sesama; sedangkan yang berada di belakang penuh dengan kesalahan sendiri. Itulah sebabnya, manusia buta dengan kesalahan-kesalahan sendiri tetapi selalu melihat kesalahan orang lain, bahkan yang kecil-kecil. Lebih mudah melihat selumbar di mata orang lain ketimbang balok di mata sendiri.

Sungguh benar! Betapa mudahnya melihat kesalahan kecil orang lain dan, pada saat yang sama, gagal melihat kesalahan kita sendiri yang lebih nyata dan serius. Mengapa demikian?

Pertama-tama, kita sulit untuk melihat kesalahan kita sendiri karena dosa kesombongan telah membutakan kita. Kesombongan menjauhkan kita dari pandangan yang jujur terhadap diri sendiri. Kesombongan menjadi topeng yang kita kenakan yang menghadirkan wajah palsu. Kesombongan adalah dosa yang buruk karena menjauhkan kita dari kebenaran. Kesombongan menghalangi kita untuk melihat diri sendiri dalam terang kebenaran dan, sebagai akibatnya, kita tidak dapat melihat balok di mata sendiri.

Ketika kita penuh dengan kesombongan hal lain lagi akan terjadi. Kita mulai fokus pada setiap kesalahan kecil orang-orang di sekitar kita. Kesombongan menghalangi kita untuk mengenal sesama secara lebih dalam dan melihat potensi-potensi, talenta dan karunia mereka. Kita diundang untuk membersikan mata (hati) kita dari segala prasangka dan kebencian, kemarahan dan sikap apatis. Sikap mawas diri mengangkat balok kemunafikan dan puas diri dari hati hati kita. Mengetahui dan mengakui kelemahan dan dosa-dosa akan menuntun kita pada kerendahan hati dan hormat terhadap orang lain. Dengan pengertian dan belas kasih, kita dapat melihat dengan jelas bahwa yang kita adili itu adalah saudara dan saudari kita sendiri.

Sediakan waktu barang sejenak hari ini, untuk hening, melakukan pemeriksaan batin (examen conscientiae). Yuuk “ngaca” dalam terang Kristus.

Author

Write A Comment