Sabda Hidup
Rabu, 21 Februari 2024, Rabu Pekan Prapaskah I’
Bacaan: Yun. 3:1-10; Mzm. 51:3-4,12-13,18-19; Luk. 11:29-32.
Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!”
LUK 11: 32
Yunus dan Yesus. Keduanya diutus oleh Tuhan. Keduanya dikuburkan selama beberapa hari dan hidup kembali. Keduanya menyerukan pertobatan. Tetapi di sini kesamaan itu berakhir. Yunus mencoba melarikan diri dari Allah, sedangkan Yesus datang untuk melakukan kehendak Allah. Yunus tidak menyukai pertobatan orang-orang Niniwe, sedangkan Yesus ingin orang-orang bertobat karena Dia datang untuk menyelamatkan. Seruan nabi Yunus didengar oleh orang-orang kafir yang bertobat, seruan Anak Allah tidak didengar oleh umat-Nya sendiri. Bukannya bertobat, mereka malah menyalibkan-Nya.
Panggilan Yunus sangat singkat: ” “Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan.” Yesus memberi kita waktu seumur hidup, tetapi pada akhirnya akan ada penghakiman. Dengan kata lain, panggilannya tetap sama: “Bertobatlah!”
Gereja memberi kita waktu empat puluh hari ini untuk melihat ke dalam diri kita sendiri, untuk mengakui kesalahan-kesalahan kita, untuk berpaling dari dosa, untuk bertobat. Allah berbicara kepada kita melalui Kitab Suci, melalui Liturgi Prapaskah, melalui homili, rekoleksi atau retret yang kita hadiri. Tetapi Allah juga berbicara melalui peristiwa-peristiwa hidup, melalui teman-teman, Dia bahkan mungkin berbicara melalui seseorang yang tidak kita sukai, karena dia mungkin lebih jujur kepada kita daripada seorang teman. Siapapun yang mengingatkan kita dari kesalahan, dari ketidakjujuran, dari ketidakadilan, diutus oleh Allah ke dalam hidup kita untuk membawa kita kembali kepada Dia yang menginginkan keselamatan kita.
Sekali lagi, Yunus dan Yesus menawarkan sebuah pilihan! Apakah kita mendengarkan panggilan untuk bertobat seperti orang-orang Niniwe atau menolaknya seperti orang-orang sezaman Yesus? Pada akhirnya, bukan Tuhan yang melemparkan kita ke neraka. Saya sendirilah yang memilihnya melalui berbagai pilihan bebas saya yang salah, melalui keengganan saya untuk mengindahkan panggilan-Nya untuk bertobat.
Tuhan, aku tahu Engkau bersabda kepadaku dengan cara yang tak terhitung jumlahnya. Bukalah telinga hatiku untuk mendengarkan panggilan-Mu untuk bertobat. Amin.