Sabda Hidup
Senin, 28 September 2020
“Maka timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Karena itu Ia mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di samping-Nya, dan berkata kepada mereka: “Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar. ”
(Luk 9: 46 – 48)
Siapakah yang terbesar? Yang paling kuat, yang paling populer, atau yang paling kaya? Dunia mengajarkan bahwa yang terbesar adalah yang paling kuat, yang punya kuasa dan mampu memaksa pihak lain. Orang berlomba-lomba berusaha agar dapat menggunakan kekuatan fisik, ekonomi dan sosial agar segalanya berjalan sesuai dengan yang ia inginkan. Itu bisa terjadi di mana saja. Di sekolah anak-anak mengintimidasi yang lain, di rumah yang satu berusaha menekan yang lain untuk menjadi yang lebih dominan, di perusahaan, dalam hubungan antar negara, bahkan dalam Gereja.
Setiap orang memiliki keinginan untuk menjadi besar. Tetapi, apa makna dari kebesaran yang sejati? Di mana letak kebesaran yang sejati? Yesus menunjukkan bahwa kebesaran itu terletak pada ketikdaberdayaan anak kecil. “Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.” Mengapa seorang anak kecil? Seorang anak kecil tidak memiliki derajat, pangkat, kekayaan, prestasi yang kita kejar-kejar agar kita menjadi besar. Bukankah semuanya itu justru membuat kita bersaing dan iri hati satu terhadap yang lainnya? Tanpa kita sadari, kita justru mencari hal-hal yang memisahkan kita satu sama lain.
Anak-anak mempunyai kapasitas yang fantastis untuk berkomunikasi, bahkan tanpa bahasa yang sama pun dapat berkomunikasi. Mereka cepat melupakan pertentangan dan dapat dengan cepat mengampuni. Mereka belum memiliki kekayaan, kekuasaan, prestise, citra atau peran yang harus dipertahankan atau bahkan memperbudak mereka. Kita pun bisa menjadi seperti anak-anak kecil itu, tanpa harus menjadi kekanak-kanakan.
Ingin jadi besar? Jadilah kecil di hadapan Allah.
Bacaan hari ini: Ayb. 1:6-22; Mzm. 17:1,2-3,6-7; Luk. 9:46-50