Remah Harian

YANG TERBESAR VS YANG TERLEMAH

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Senin, 27 September 2021, Senin Pekan Biasa XXVI, Peringatan St. Vincentius a Paulo.
Bacaan hari ini: Za. 8:1-8; Mzm. 102:16-18,19-21,29,22-23; Luk. 9:46-50;

“Maka timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Karena itu Ia mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di samping-Nya, dan berkata kepada mereka: “Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.”

(Luk 9: 46 – 48)

Injil hari ini mengisahkan beberapa pelajaran bagi para murid Yesus. Yesus menunjuk dua sikap pikiran dan hati – kecemburuan dan iri hati – yang adalah hambatan bagi kemuridan yang sejati. Para murid akan melewati masa-masa belajar selama tiga tahun bersama dengan Yesus.

“Pertengkaran terjadi di antara para murid tentang siapa yang terbesar di antara mereka,” kata Lukas. Mungkin itu adalah cara Lukas menunjuk pada masalah “perebutan kekuasaan” dalam komunitasnya. Lukas menerangkan makna kekuasan dan kebesaran bagi Yesus.

Biasanya, kekuasaan dimengerti sebagi kemampuan untuk mengontrol barang-barang dan orang-orang menurut kemauan seseorang. Bagi Yesus, kekuasaan adalah kemampuan dan kerelaan hati memberikan diri sepenuhnya bagi Injil. Kita mengerti kekuasaan sebagai kekuatan untuk mendominasi, Yesus memahaminya sebagai korban penyerahan diri, kapasitan untuk mengasihi…. Para murid Yesus mungkin telah berusaha mendapatkan posisi penting ketika Yesus menegakkan Kerajaan-Nya. Mereka mendahulukan kredensial untuk itu dan oleh sebab terjadi pertengkaran.

Situasinya berubah dari jelek menjadi semakin buruk. Kita hidup dalam dunia yang mempromosikan suatu pertarungan tiada henti dalam mana mereka yang lemah menghilang dan mereka yang terkuat dan paling siap, akan sukses dalam hidup. Hukum yang menggerakkan dunia kita sekarang ini adalah hukum “persaingan”.

Para murid Yesus mengalami hal itu. Mereka percaya bahwa karena mereka berasal dari lingkaran dalam yang dekat dengan Yesus, karena mereka adalah yang pertama mengikuti Yesus, maka mereka pantas mendapatkan tempat istimewa. Dan itu nampak logis serta normal.

Tetapi Yesus justru menempatkan seorang anak kecil di hadapan mereka. Gambaran anak-anak ini mungkin tidak dapat dimengerti dengan gampang di dunia sekarang ini. Kini, anak-anak menempati tempat penting di rumah-rumah kita, dalam masyarakat kita. Mereka adalah aset masyarakat kita. Tetapi masyarakat Yahudi pada masa Yesus berbeda. Wanita dan anak-anak tidak mempunyai suara dalam masyarakat. Seorang anak mewakili mereka yang terlemah dalam komunitas. Dan ketika Yesus mengambil seorang anak dan menempatkannya di tengah-tengah pembicaraan mereka, Ia mengajarkan sebuah prioritas yang terbalik.

Dalam kerangka Allah, yang terlemah, yang miskin, yang terpinggirkan dan para pendosa menempati tempat utama dan mereka adalah yang terpenting dalam kerajaan Allah. Memperhatikan “orang-orang penting” Kerajaan Allah ini – mereka yang lemah, miskin, terpinggirkan – adalah satu-satunya kriteria untuk mendapatkan perkenanan Tuhan. St. Vinsensius a Paulo yang kita peringati hari ini telah melakukannya dengan tepat. “Go to the poor: you will find God. Pergilah kepada orang-orang miskin: anda akan menemukan Tuhan,” katanya.

Author

Write A Comment