Sabda Hidup
Senin, 26 September 2022, Senin Pekan Biasa XXVI
Bacaan: Ayb. 1:6-22; Mzm. 17:1,2-3,6-7; Luk. 9:46-50.
“Yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.”
(Luk 9: 48)
Pada perikope sebelumnya, para murid gagal memahami pernyataan Yesus tentang sengsara-Nya. Yesus menyatakan bahwa Anak Manusia akan diserahkan ke tangan manusia. Dikatakan di sana bahwa para murid tidak mengerti. Malahan kemudian mereka bertengkar tentang siapa yang terbesar di antara mereka. Barangkali mereka masih berpikir tentang Anak Manusia yang datang dalam kemuliaan. Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di samping-Nya dan berkata, “Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.”
Mengapa anak kecil? Ini sebuah paradoks. Dalam budaya masa itu anak kecil tidak mempunyai hak. Tak terhitung. Saat anak itu lahir, ayahnya mengklaimnya sebagai miliknya. Sebelum anak itu mencapai umur tertentu, mereka tidak mempunyai hak secara hukum. Seorang anak kecil tidak memiliki derajat, pangkat, kekayaan, prestasi yang kita kejar-kejar agar kita menjadi besar. Suatu gambaran akan “ketergantungan dan ketakberdayaan. Dan gambaran itulah yang dipakai untuk kemuridan Kristiani. Setiap orang yang mengaku sebagai murid Kristus tak pantas bertengkar tentang siapa yang terbesar, sebaliknya harus menjadi seperti anak kecil – terbuka, tulus, polos, tanpa kepura-puraan, otentik, rendah hati dan tergantung pada Allah.
Isu lainnya di tengah komunitas Lukas adalah bahwa ada orang yang bukan anggota kelompok mereka mengusir setan atas nama Yesus. Mereka mencegah orang itu. Tetapi Yesus berkata, “Jangan kamu cegah, sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu.” Mereka yang ada “di luar kelompok kita” dapat berbuat baik juga. Dalam komunitas Kristiani, tak pantas pula intoleransi dipelihara. Semua harus bekerja bersama untuk memperluas kemenangan Kristus atas kejahatan.
“Kebesaran” macam apakah yang kita kejar dalam hidup kita? Bagaimana sikap kita terhadap orang-orang di luar “kelompok” kita?