Remah Mingguan

YANG BIASA-BIASA DIPANGGIL UNTUK YANG LUAR BIASA

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Minggu, 11 Juli 2021, Minggu Biasa XV Tahun B

“Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua…. Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka.”

(Mrk 6: 7. 12 – 13)

Bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini, khususnya bacaan pertaama dari nubuat Amos dan Injil Markus berbicara tentang orang-orang yang menerima perutusan, menerima misi. Dalam dua bacaan tersebut, mereka yang menerima perutusan adalah orang-orang biasa: Amos adalah seorang peternak dan pemungut buah ara, demikian juga sebagian besar dari para rasul adalah nelayan sederhana.

Mereka adalah orang-orang biasa. Tetapi melalui orang-orang biasa itu Allah melaksanakan hal-hal yang luar biasa: karya keselamatan-Nya.

Sering kali orang berpikir bahwa hanya orang-orang penting, hanya orang-orang yang punya bakat dan kemampuan luar biasa yang dapat membuat perbedaan dan mengubah dunia menjadi lebih baik. Kita harus ingat gembala sederhana dari Tekoa, Yehuda dan para nelayan dari Galilea ini!

Baik Amos maupun para Rasul membawa warta yang sama: mereka mewartakan perlunya pertobatan, perlunya orang-orang mengubah cara hidup mereka. Mereka menerima perutusan untuk mengubah dunia.

Resiko seorang utsan adalah tidak selamanya ia diterima. Warta Amos menyebabkan dia dilempar keluar dari Bethel oleh imam Amazia. Warta pertobatan dan keadilan sosial yang diserukannya mengusik kemapanan dan status quo Kerajaan Utara. Amos mewartakan keadilan, agar “Kasih dan kesetiaan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman.” (Mzm 85:10). Imam Amazia yang mewakili kekuasaan dan status quo tidak menginginkan hal itu. Maka Amos dilemparkan keluar dari Bethel. Apakah para rasul selalu diterima dalam pewartaan mereka? Tidak! Sebagian besar dari para Rasul akhirnya wafat sebagai martir, konsekuensi dari pewartaan mereka.

Menarik untuk diperhatikan bahwa para Rasul diutus oleh Yesus berdua-dua. Mengapa berdua-dua? Alasannya adalah kredibilitas. Dalam Yudaisme, dibutuhkan dua orang saksi untuk membuktikan kebenaran dari sesuatu yang telah dikerjakan. Yesus mengutus para rasul untuk melakukan pekerjaan yang telah Ia sendiri lakukan: mengusir roh-roh jahat, menyembuhkan dan mewartakan kabar baik Allah.

Yesus juga berpesan agar mereka, “jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, rotipun jangan, bekalpun jangan, uang dalam ikat pinggangpun jangan, boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju,” (Mtk 6: 8 – 9). Mengapa Yesus berpesan agar para rasul tidak membawa apa-apa? Seorang utusan atau misionaris yang menghidupi semangat misi harus meninggalkan segala-galanya agar dapat mendarah-dagingkan Kristus dan apa yang telah Ia hidupi. Seorang misionaris harus selalu ingat untuk mempercayakan diri pada Allah lebih daripada diri sendiri atau organisasi. Ia diutus untuk mewartakan Allah dan bukan diri sendiri dan buah dari perutusan itu bukanlah usahanya sendiri melainkan karya Allah.

Tetapi, berbicara tentang misionaris, berbicara tentang utusan, kita tidak berbicara tentang para religius, biarawan-biarawati serta para imam saja. Kita semua adalah para misionaris!

“Kaum awam ikut serta mengemban tugas imamat, kenabian dan rajawi Kristus, menunaikan bagian mereka dalam perutusan segenap Umat Allah dalam gereja dan di dunia. Sesungguhnya mereka menjalankan kerasulan awam dengan kegiatan mereka untuk mewartakan Injil dan demi penyucian sesama, pun untuk meresapi dan menyempurnakan tata-dunia dengan semangat Injil, sehingga dalam tata-hidup itu kegiatan mereka merupakan kesaksian akan Kristus yang jelas, dan mengabdi kepada keselamatan umat manusia. Karena ciri khas status hidup awam yakni: hidup ditengah masyarakat dan urusan-urusan duniawi, maka mereka dipanggil oleh Allah, untuk dijiwai semangat kristiani, ibarat ragi, menunaikan kerasulan mereka di dunia.”

(Dekrit Konsili Vatikan II Tentang Kerasulan Awam, Apostolicam Actuositatem, No. 2).

Pertanyaannya bagi kita untuk direnungkan sekarang adalah: apa yang menghalangi saya untuk mewartakan Injil? Bagaimana saya mengatasi hambatan yang menghalangi saya untuk mewartakan Injil? Bagaimanakah saya dapat melibatkan diri dalam karya kerasulan?

Jawabannya ada dalam diri anda masing-masing.

Bacaan hari ini: Am. 7:12-15; Mzm. 85:9ab,10,11-12,13-14; Ef. 1:3-14 ; Mrk. 6:7-13.

Author

Write A Comment