Sabda Hidup
Minggu, 16 Januari 2022, Minggu Biasa II Tahun C
Bacaan: Yes. 62:1-5; Mzm. 96:1-2a,2b-3,7-8a,9-10ac; 1Kor. 12:4-11; Yoh. 2:1-11.
Sudah satu minggu, “Masa Biasa” telah menggantikan “Masa Natal.” Minggu lalu, awal hidup Yesus mulai kelahiran, masa kanak-kanak, dan masa Ia dididik dalam keluarga berpuncak pada pembaptisan-Nya.
Kini saatnya kita mulai mendengar tentang karya dan hidup publik-Nya sebagai Sabda yang menjadi daging dan tinggal di tengah-tengah kita. Karya-Nya itu yang menjadi “isi” Masa Biasa. Berapa lama Masa Biasa berlangsung? Masa biasa akan berlangsung lebih dari 30 Minggu diselingi dengan hari-hari raya dan Masa Prapaskah serta Paskah.
Seperti kita ketahui, tahun liturgi kita terdiri dari tahun A, B, dan C. Dalam lingkaran tahun liturgi itu bacaan Injil pada hari Minggu diambil dari ketiga Injil Synoptik: Tahun A dari Injil Matius, Tahun B dari Injil Markus dan Tahun C dari Injil Lukas.
Sekarang ini kita berada pada tahun C dan Injil pada hari Minggu diambil dari Injil Lukas. Akan tetapi Injil pada hari Minggu Kedua hari ini, tidak diambil dari Injil Lukas. Gereja memberikan kepada kita bacaan dari Injil Yohanes, tentang peristiwa yang terjadi sebelum hidup dan karya publik Yesus, seperti Ia sendiri katakan secara eksplisit: “Saat-Ku belum tiba.”
Dengan demikian Hari Minggu ini dapat dipandang sebagai suatu transisi pendek, mengajak kita untuk memusatkan perhatian kita pada penantian kita akan Kabar Baik dari Sang Juruselamat.
Yesaya dalam bacaan pertama mengatakan bahwa Allah akan memberi umat-Nya nama yang baru. Mereka akan disebut “Yang Berkenan Kepada-Ku”. Negeri mereka akan disebut “Yang Bersuami”. Allah akan “menjadi suami mereka” dan menganugerahkan kelimpahan kepada negeri mereka.
Bacaan Injil merupakan perikope yang sudah familiar bagi kita. Yesus diundang dalam pesta perkawinan di Kana, Galilea. Tuan pesta kehabisan anggur. Kita menyaksikan Yesus yang mengubah air menjadi anggur, anggur terbaik, seperti Bapa dapat mengubah umat yang ditinggalkan menjadi “yang berkenan” kepada-Nya.
Ini adalah gambaran umat yang kehilangan harapan namun dapat bersukacita dalam pengharapan yang baru. Hanya Allah dalam Yesus dapat memberi kesegaran. Kisah Injil mempunyai makna simbolis yang dalam, lebih dari sekadar cerita yang mengagumkan tentang mukjizat.
Maria berkata kepada Yesus: “Mereka kehabisan anggur.” Kehabisan anggur melambangkan manusia yang kehilangan hidup sejati, kehilangan harapan. Yesus menjawab dengan agak aneh, “Mau apakah engkau dari pada-Ku, Ibu? Saat-Ku belum tiba.” [Dalam bahasa Inggris Yesus tidak menyebut “Ibu” tapi “Perempuan”: “Woman, what does your concern have to do with Me? My hour has not yet come.”] Secara eksplisit Yesus mengatakan bahwa hidup dan karya publik-Nya belum tiba. Hidup dan karya publik di mana Ia akan mengajar, menyembuhkan, menderita, wafat dan bangkit lagi, seperti yang akan kita ikuti dan dalami dalam minggu-minggu berikutnya.
Akan tetapi Maria pasti mengenal-Nya. Ia tidak percaya bahwa janji Allah tidak akan terpenuhi. Ia tahu bahwa umat manusia merindukan anggur kehidupan yang terbaik, yakni KASIH. Ia percaya penuh pada Puteranya. Seperti Maria, kita percaya percayakan penuh hidup kita pada Yesus yang menghendaki agar kita hidup – hidup dalam kelimpahan. Selain itu hendaknya kita juga peka terhadap kesekitaran kita. Ada banyak yang “kehabisan anggur” : makanan sehari-hari, kehidupan yang layak, pendidikan yang memadai…. Apa yang dapat kita perbuat bagi mereka?
Maria juga berkata kepada para pelayan: “Apa yang dikatakan-Nya kepadamu, buatlah itu!” Hal yang sama dikatakan kepada kita. Untuk mencecap anggur kehidupan dengan sukacita, anggur terbaik dari Kristus, kita perlu melakukan apa yang dikatakan-Nya kepada kita, sesuai dengan karunia Roh yang diberikan kepada kita, seperti yang dikatakan dalam bacaan kedua ( 1Kor. 12:4-11).
Dengan itu, semoga kita juga akan disebut “yang berkenan kepada-Nya”.