Sabda Hidup
Kamis, 4 April 2024, Kamis dalam Oktaf Paskah
Bacaan: Kis 3:11-26; Mzm 8:2a.5.6-7.8-9; Luk 24:35-48.
Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: “Damai sejahtera bagi kamu!” Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.” Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: “Adakah padamu makanan di sini?” Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka.
LUK 24: 36 – 43
Bukankah kita sering seperti para rasul itu? Kita tidak akan percaya kecuali kita dapat melihat dengan mata kepala sendiri. Dalam perikope Injil hari ini, Yesus menampakkan diri kepada kesebalas rasul dan ingin meyakinkan mereka bahwa yang hadir di tengah-tengah mereka sungguh-sungguh Yesus, bukan hantu. Dengan itu Ia menekankan kebangkitan badan. “Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku,” (Luk 24: 39). Ia ingin membuktikan kepada mereka bahwa Ia sungguh-sungguh bangkit. Bahkan Ia meminta kepada mereka sesuatu untuk di makan.
St. Hieronimus, dalam suratnya kepada Pammachius sekitar abad ke-5, menulis: “Ketika Ia menunjukkan kepada mereka tangan dan lambung-Nya yang riil, Ia makan bersama para rasul; sungguh-sungguh berjalan bersama dengan Kleopas; berbicara dengan mereka dengan lidah-Nya; sungguh-sungguh duduk makan bersama mereka; dengan tangan-Nya mengambil roti, memberkati dan memecah-mecahkannya, dan kemudian membagikannya kepada mereka…. Ia tidak menggunakan kuasa-Nya sebagai Tuhan…. sehingga Ia tidak nampak makan tanpa gigi, berjalan tanpa kaki, memecah-mecahkan roti tanpa tangan, berbicara tanpa lidah, dan menunjukkan lambung-Nya tanpa rusuk.”
Sebenarnya, kita tahu bahwa Yesus dengan tubuh-Nya yang mulia tidak butuh makan. Ia makan demi para rasul. Ia makan bukan untuk aspek material saja, tetapi demi dimensi sosialnya. Karena kita bukanlah roh, segala hal kita terima dan alami melalui proses manusiawi, kita terima melalui indera kita. Allah memberikan apa saja yang kita butuhkan bukan seperti tukang sulap atau melalui mukjizat yang jatuh dari langit tetapi melalui proses dan cara manusiawi.
Salah satu aspek fundamental dari hidup Kristiani adalah menghayati kehadiran Allah dan kerajaan-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari. Kegiatan dan situasi rutin kita sehari-hari dapat menjadi “sakramen” yang mengungkap misteri Allah dan kerajaan-Nya. Dan lagi Ia bersabda: “Kamu adalah saksi dari semuanya ini,” (Luk 24: 48). Dengan semangat kebangkitan, kita diutus menjadi tanda dan sarana kehadiran Tuhan bagi dunia dan sesama.