Sabda Hidup
Jumat, 25 Maret 2022, Hari Raya Kabar Sukacita
Bacaan: Yes. 7:10-14; 8:10; Mzm. 40:7-8a,8b-9,10,11; Ibr. 10:4-10; Luk. 1:26-38.
“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut kehendak-Mu,” (Luk 1: 38).
Hari ini kita rayakan Hari Raya Kabar Sukacita. Kita rayakan tanggal 25 Maret, sembilan bulan sebelum 25 Desember, untuk menempatkan konsepsi Kristus tepat sembilan bulan sebelum kelahiran-Nya. Dalam perayaan ini kita kenangkan Kabar Malaikat Gabriel kepada St Perawan Maria bahwa ia akan menjadi Ibu Tuhan kita Yesus Kristus, Sabda yang menjadi manusia oleh kuasa Roh Kudus. Dahulu perayaan ini disebut Hari Raya Inkarnasi. Pesta ini berawal sesaat sebelum atau sesudah Konsili Efesus (sekitar tahun 431). Pada waktu Sinode Laodicea (tahun 372) hal itu tidak diketahui; namun St. Proclus, Uskup Konstantinopel (wafat tahun 446), nampaknya menyebutkan hal itu dalam salah satu homilinya. Dia mengatakan, bahwa perayaan kedatangan Tuhan dan Juruselamat, di saat “Dia mengenakan sifat manusia pada Diri-Nya” (quo hominum genus indutus), dirayakan sepanjang abad kelima. Homili ini, bagaimanapun, mungkin tidak asli, atau kata-katanya mungkin dipahami sebagai Hari Raya Natal.
Dalam Gereja Latin, perayaan ini pertama kali disebutkan dalam Sacramentarium Paus Gelasius (wafat tahun 496), yang kita miliki dalam bentuk sebuah naskah dari abad ketujuh; perayaan ini juga ditemukan dalam Sacramentarium St. Gregorius (wafat tahun 604), salah satu naskah dari abad kedelapan. Karena kedua sacramentarium (buku Doa Misa) ini mengandung tambahan posterior pada masa Gelasius dan Gregorius, Duchesne (Origines du culte Chrétien – Asal-muasal Ibadah Kristen, 118, 261) memperkirakan asal-muasal perayaan ini di Roma pada abad ketujuh; sementara Probst (Sacramentarien, 264) berpendapat bahwa perayaan ini benar-benar termasuk dalam masa Paus Gelasius. Sinode Toledo ke-10 (tahun 656), dan Sinode Trullan (tahun 692) berbicara mengenai perayaan ini sebagai salah satu perayaan yang dirayakan secara universal di dalam Gereja Katolik.
Mari di hari Raya ini kita renungkan sejenak jawaban Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Luk 1: 38).
Sebuah jawaban yang akan menentukan keselamatan seluruh umat manusia.
Sangat nyata dalam peristiwa itu bahwa Tuhan begitu menghormati kebebasan manusia dan tidak memaksakan kehendak-Nya kepada kita, sebagaimana nyata dalam diri Maria. Datang atau tidaknya Sang Penyelamat ke dalam dunia, sepenuhnya tergantung pada jawaban Maria. Maria bisa saja menjawab “Tidak”.
Akan tetapi, dalam diri dan “Fiat/Ya” Maria, setiap orang beriman boleh memandang dan merenungkan dalam kekaguman akan rahmat Allah yang bekerja di dalam diri Maria. Itulah juga sebabnya kenapa malaikat Gabriel tidak menyapa Maria dengan namanya, melainkan menyebut dia sebagai yang “penuh rahmat.” Karena, sama seperti sebelum Allah menciptakan manusia, terlebih dahulu Dia menciptakan langit dan bumi beserta seluruh isinya dalam kebaikan, sehingga bisa menjadi kediaman yang membahagiakan bagi manusia, demikian pula sebelum mengutus Putra-Nya yang terkasih ke dalam dunia, Allah sungguh-sungguh memilih dan menetapkan seorang perempuan terbaik, seorang Perawan Suci, serta menaunginya dengan segala kelimpahan rahmat sebagai Bunda Allah.
“Fiat” Maria hendaknya menjadi “Fiat” kita juga. Jawaban “Ya” Maria hendaknya menjadi jawaban “Ya” kita juga, tidak hanya disaat kehendak Tuhan begitu jelas kelihatan, melainkan juga disaat jawaban “Ya” itu menuntut kita untuk melangkah di dalam kegelapan. Sama seperti Maria, milikilah keberanian iman untuk percaya sekalipun tidak ada dasar untuk percaya, untuk berharap sekalipun tidak ada dasar untuk berharap. Dalam keadaan sesulit apapun dalam hidup, ketika iman kita diuji, bahkan kendati seluruh dunia mendesak kita untuk mempertanyakan rancangan Tuhan, biarlah suara Tuhan ini selalu bergema di hati kita, “Jangan Takut! Percaya saja!”
Semoga Hari Raya Kabar Sukacita ini mengingatkan kita akan begitu besar belas kasih Allah atas umat-Nya, sambil meneladani Perawan Suci Maria yang menemukan kebebasan sejati dalam penyerahan diri secara total dan bebas kepada kehendak Allah.
Bersama Maria kita juga berkata: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut kehendak-Mu.”
Bersama Bapa Suci dan umat Katolik seluruh dunia mari kita berdoa untuk perdamaian, berkat dan penyembuhan luka-luka kemanusiaan, khususnya di Ukraina dan Rusia.