Remah Mingguan

YA ATAU TIDAK?

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Minggu, 27 September 2020, Minggu Biasa XXVI Tahun A

“Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga. Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?”

Mat 21: 28 – 31

Ada seorang anak lahir di Thagaste, Afrika Utara. Ayahnya adalah seorang penganut agama asli sedangkan ibunya adalah seorang Kristen yang taat. Ketika menginjak dewasa, ia belajar ilmu sastra, pidato, sejarah, filsafat dan menjadi ahli dalam ilmu-ilmu yang dipelajarinya. Sayangnya, keahliannya tidak membuat dia tenang. Ia selalu gelisah dalam hidupnya. Kehidupan pribadinyapun morat-marit. Ia pernah punya anak di luar perkawianan.

Pada suatu hari, dalam kegelisahannya ia mendengar seorang anak bernyanyi, “Ambillah, bacalah! Ambillah, bacalah!” Diapun coba mengambil buku yang berada di dekatnya, membukanya secara acak dan membaca apa yang tertulis di situ. Ia membaca teks yang berbunyi: “Hari sudah jauh malam, telah hampir siang. Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang. Marilah kita hidup sopan seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati; tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus dan janganlah merawat tubuhmy untuk memuaskan keinginannya”. Rupanya ia membaca surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma (Rm 13: 12 – 14). Peristiwa itu mengubah seluruh hidupnya. Ia bertobat dan menjadi Kristen. Ia lalu menjadi imam, dan bahkan menjadi uskup. Setelah kematiannya, ia digelari kudus. Dia itu adalah St. Agustinus, putra Sta. Monika.

Kisah hidupnya ini menunjukkan bahwa manusia dapat berubah dari hal-hal yang tidak baik menjadi baik.

***

Injil hari ini bercerita tentang dua orang anak yang diperintahkan oleh ayahnya untuk bekerja di kebun anggur. Anak yang pertama berkata “Ya”, tetapi tidak pergi. Anak kedua menjawab “Tidak”, tetapi pergi bekerja. Kedua-duanya sama-sama tidak baik, tetapi anak kedia masih lebih baik dari yang pertama. Sekalipun ia menolak perintah ayahnya, namun kemudian ia menyesal dan akhirnya melakukan apa yang diperintahkan ayahnya.

Melalui perumpamaan itu Yesus mau mengatakan bahwa jawaban “tidak” yang kadang-kadang diberikan manusia kepada Allah tidak harus merupakan jawaban yang final. Artinya, manusia selalu bisa mengubah jawaban “tidak” itu menjadi “ya”. Manusia tidak harus terpaku pada jawaban “tidak” yang telah diucapkannya. Ia dapat mengubah masa lalunya yang mungkin penuh kelemahan dan dosa, kepada suatu masa depan yang lebih baik.

Keinginan untuk bangun dari kelemahan-kelemahan itu sejalan dengan hakikat Allah yang mengasihi manusia tanpa batas. Ia selalu menerima kembali orang-orang yang berdosa yang bertobat. Salah satu keistimewaan Allah adalah bahwa Ia tidak hanya melihat hal-hal yang nampak dalam diri manusia tetapi juga yang tidak tampak, yakni kemampuan-kemampuan yang tersembunyi. Ia tidak pernah melihat orang berdosa sebagai orang berdosa saja tetapi juga kemungkinan-kemungkinan yang ada di dalam diri mereka untuk menjadi orang-orang baik.

Dia tidak melihat Lewi hanya sebagai seorang pemungut cukai, tetapi juga sebagai seorang yang bisa menjadi rasul. Ia tidak melihat Maria Magdalena sebagai pekerja seks komersial saja, tetap juga melihat kemungkinan-kemungkinan bahwa ia dapat menjadi seorang murid yang setia mendampinginya sampai di bawah salib. Dia tidak cuma melihat Saulus sebagai orang yang mengejar-ngejar orang-orang Kristen, melainkan sebagai seorang rasul yang dengan gigih menyebarkan Kabar Gembira sampai di seluruh wilayah Timur Tengah dan Roma. Demikian juga tokoh-tokoh lainnya dalam Kitab Suci.

***

Agustinus bisa mengubah hidupnya dari kegelapan kepada terang. Demikian juga Lewi, Maria Magdalena, Saulus dan banyak orang lain lagi dalam Kitab Suci, dalam sejarah Gereja, dan dalam kehidupan kita. Proses transformasi dapat terjadi pada siapa saja yang mempunyai kehendak baik mau mengubah hidupnya. Karena itu, kalau pada saat ini kita sedang menjalani suatu kehidupan yang kurang berkenan, marilah kita berusaha untuk mengubahnya.

Selain itu, dalam relasi kita dengan sesama, layakkah kita mencap seseorang dengan kesalahan yang pernah dibuatnya? Kita mencap orang lain sebagai pencuri, tukang gossip, pembohong, tukang selingkuh, dan seterusnya. Pasti Allah yang berbelaskasih melihat bahwa mereka mempunyai kesempatan dan kapasitas untuk berubah. Selalu ada kesempatan untuk berubah!

Bacaan Misa hari ini: Yeh. 18:25-28Mzm. 25:4bc-5,6-7,8-9Flp. 2:1-11. atau Flp. 2:1-5 atau Mat. 21:28-32.

Author

Write A Comment