Remah Mingguan

WASPADALAH TERHADAP SEGALA KETAMAKAN!

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Minggu, 31 Juli 2022, Minggu Biasa XVIII Tahun C
Bacaan: Pkh. 1:2; 2:21-23Mzm. 90:3-4,5-6,12-13,14,17Kol. 3:1-5.9-11Luk. 12:13-21.

“Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.”

(Luk 12: 15)

Suatu ketika, sorang bapak yang sudah kecanduan berjudi berkata: “Saya akan lakukan apa saja, bahkan pekerjaan setan pun akan saya lakukan, kalau saya bisa melihat angka jadi, sebelum diundi. Saya akan menjadi orang paling kaya di dunia.”

Maka terjadilah apa yang dia inginkan. Suatu hari ada seorang datang mengetuk pintu rumahnya dan memberikan kepadanya koran yang akan terbit satu minggu ke depan. Sambil tertawa terbahak-bahak ia membuka halaman di mana angka lotere yang jadi diumumkan. Lihatlah, di hadapan matanya terpampang angka-angka yang akan membuatnya pemenang bermilyar-milyar.

Ia duduk, tersenyum lebar membayangkan apa yang ia lakukan sebagai seorang miliarder. Tetapi ketika ia membuka koran itu pada halaman berikutnya, ia terkejut. Jantungnya seakan-akan berhenti berdenyut. Di sana tercetak besar-besar namanya, dalam sebuah berita duka! Pada hari yang sama ia memenangkan lotere, ia juga mati.

* * * *

Barangkali cerita di atas serupa dengan perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh, yang disampaikan oleh Yesus dalam Injil hari ini (Luk 12: 13 – 21). Tentu kita semua menyadari bahwa dalam hidup kita mencari jaminan yang membuat kita merasa aman. Yesus pun pasti mengerti kebutuhan kita akan rasa aman. Namun, Ia mengajak kita untuk menempatkan kebutuhan itu pada perspektif yang benar.

Orang kaya itu mempunyai tanah yang luas dan hasil yang melimpah-limpah. Karena hasil yang berlimpah-limpah itu ia harus membongkar lumbung-lumbungnya dan membangun lumbung-lumbung yang lebih besar. Dengan hasil yang mencukupi untuk bertahun-tahun itu ia berkata kepada dirinya sendiri: “Beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!” Ia merasa aman. Ia membuktikan dirinya sebagai seorang yang dapat merencanakan hidupnya dengan cermat. Hidupnya terjamin. Tetapi Yesus tetap menyebutnya: orang bodoh. Mengapa?

Tak ada tanda-tanda bahwa ia tidak jujur. Ia bekerja keras mengolah tanahnya dengan jujur. Tak dikatakan bahwa ia menipu atau memeras orang lain. Lalu apa salahnya?

Jawabannya dikatakan oleh Yesus sebelum menyampaikan perumpamaan itu. “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu,” (Luk 12: 15).

Orang kaya itu menginginkan jaminan dan keamanan bagi masa depannya, tetapi ia tidak melihat lebih jauh ke depan, yakni keamanan dan jaminan yang hanya dapat diberikan oleh Allah.

Seorang ibu yang kaya meninggal dan naik ke surga. St. Petrus mengantarnya berjalan menyusuri jalan yang mulus dengan rumah-rumah mewah di kiri dan kanannya. Ibu itu melihat sebuah rumah yang jauh lebih indah dari yang lain. Ia bertanya kepada St. Petrus, siapa yang tinggal di sana.

“Anda pasti akan terkejut,” kata St. Petrus. “Itu adalah rumah pembantu anda.” “Oh ya,” ibu itu tersenyum. “Jika pembantu saya mendapatkan rumah yang begitu indah seperti itu, tentu saya akan mendapatkan rumah yang jauh lebih besar dan lebih bagus lagi.”

Mereka terus berjalan dan sampailah mereka ke sebuah gang yang becek dengan gubuk-gubuk di kiri dan kanan jalan itu. St. Petrus berhenti dan sambil menunjuk ke salah satu gubuk itu berkata, “Anda akan tinggal di sana.”

“Hah? Saya akan tinggal di gubuk itu? Ini adalah suatu penghinaan! Di dunia saya ini adalah seorang yang kaya dan terkenal!” “Ya, saya mengerti,” jawab St. Petrus. “Tetapi ini adalah yang terbaik yand dapat kami sediakan untuk anda.” St. Petrus melanjutkan, “Anda harus mengerti bahwa kami hanya dapat membangun rumah di sini dengan material yang anda kirim terlebih dulu ketika anda masih hidup di dunia.”

Tentu material yang dikirim dari dunia bukanlah semen, pasir dan batu bata. Magerial itu adalah amal bakti, kebaikan dan kesalehan.

Ingat, Yesus sendiri pernah berkata: “Kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya,” (Mat 6: 20).

Tentu, kita harus bekerja untuk masa depan kita. Namun janganlah kita berpikir bahwa harta milik memberikan rasa aman sejati dan jaminan hidup kekal. “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Mat 16: 26).

Berapapun uang yang kita simpan, berapapun harta yang kita timbun, akan tiba waktunya Allah akan berkata, “pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu.” Jadi apa sumber kemanan kita? Apa jaminan keselamatan kita? Akan dikemanakan kekayaan yang kita timbun?

Yesus ingin agar “insting” kita untuk mengusahakan rasa aman, untuk mencari jaminan hidup, mendorong kita untuk menjadi KAYA DI HADAPAN ALLAH. Bagaimanakah kita menjadi kaya di hadapan Allah?

Kita bisa belajar dari 3 S ini: Stewardship: kesadaran bahwa segala yang diterima adalah milik Allah. Dan yang diterima itu dipercayakan kepada kita untuk dikelola secara bertanggungjawab, bukan hanya untuk mengenyangkan perut sendiri, tetapi untuk kesejahteraan bersama. Orang yang punya kesadaran ini tidak akan lupa bersyukur. Kesadaran itu aka menuntun pada S yang kedua: Simplicity. Hidup bersahaja. Tidak mengejar hal-hal yang tidak perlu. Mencukupkan dirinya dengan apa yang memang dibutuhkan. Sering kali kita mengejar hal-hal yang sebenarnya tidak perlu. Hidup yang bersahaja akan mengantar kita pada S yang ketiga: Sharing. Semakin kita hidup bersahaja, semakin kita mudah untuk berbagi!

Ketamakan adalah penyembahan berhala. Nama berhala itu adalah Mammon atau Uang atau Materialisme. Injil hari ini mengundang kita untuk percaya kepada Tuhan kita Yesus, menggantungkan diri pada Dia yang yang dapat memberikan hidup yang kekal. Dialah jaminan kita. Mengakhiri renungan ini saya kutip kata-kata St. Paulus dalam bacaan kedua: “Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi,” (Kol 3: 1 – 2).

Author

Write A Comment