Sabda Hidup
Selasa, 15 Maret 2022, Selasa Pekan Prapaskah II
Bacaan: Yes. 1:10,16-20; Mzm. 50:8-9,16bc-17,21,23; Mat. 23:1-12.
“Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.”
(Mat 23: 2 – 3)
Suatu siang pada tahun 1953, reporter dan para pejabat berkumpul di sebuah stasiun kereta di Chicago, hendak menyambut pemenang hadiah Nobel untuk perdamaian. Lihatlah, seorang “raksasa” tinggi besar, dengan rambut lebat dan kumis yang tebal. Ketika kamera-kamera berkilat-kilat, para pejabat kota menghampirinya dengan membawa bunga. Ia dengan amat sopan mengucapkan terima kasih, lalu sambil melihat jauh di atas kepala mereka, ia minta ijin sejenak. Ia berjalan menyibak kerumunan orang banyak itu dan tiba di samping seorang perempuan tua berkulit hitam yang kesusahan untuk mengangkat dua kopor besarnya.
Ia mengangkat kopor-kopor itu dengan tangannya yang besar, dan sambil tersenyum berjalan menemani perempuan tua itu menuju sebuah bus. Ia membantunya naik ke dalam bus dan mengucapkan selamat jalan. Sementara itu kerumunan orang banyak itu mengikutinya dari belakang. Ia berbalik, menghadap kepada mereka dan berkata: “Maafkan saya, telah membuat anda semua menunggu.”
Orang itu adalah Dr. Alber Schweitzer, seorang dokter dan misionaris yang kesohor, yang telah menghabiskan hidupnya membantu mereka yang termiskin dari antara orang-orang miskin di Afrika. Salah seorang anggota panitia penyambutan berkata kepada para wartawan: “Untuk pertama kalinya saya pernah melihat kotbah yang nyata dalam tindakan.”
Sering kali para pemimpin Gereja sepanjang jaman dikritik karena tidak secara penuh mengikuti ajaran-ajaran Yesus dalam hidup mereka. Atas cara yang sama juga para pemimpin masyarakat, para pemimpin politik dikritik. Sering kita mengalami dan melihat para pemimpin kita itu tidak menghidupi nilai-nilai Injili yang mereka kotbahkan. Solusi kita, bukanlah memisahkan diri dari Gereja. Injil yang mereka ajarkan dan sakramen-sakramen yang mereka berikan tak akan gagal dan kehilangan makna. Apa yang Yesus katakan tentang para pemimpin agama, orang-orang Farisi dan para ahli Taurat pada masa-Nya akan Ia katakan juga kepada para pemimpin dan pemuka kita saat ini: “Turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.”
Menjadi tanggung jawab para pemimpin untuk memberi contoh bagi umatnya dengan hidup mereka. Tetapi, apakah pewartaan Injil hanya menjadi tanggung jawab para pemimpin kita? Tidak. Kita semua punya tanggungjawab untuk mewartakan Injil. St. Fransiskus Assisi pernah mengingatkan: “Wartakanlah Injil setiap waktu. Jika perlu, gunakan kata-kata!” Walk the Talk!