“Ulurkanlah tanganmu!” (Luk 6:10).
Ketika orang yang mati tangan kanannya itu mengulurkan tangannya kepada Yesus, ia disembuhkan. Kita harus melakukan hal itu dengan cacat apa saja yang kita alami. Kelemahan kita, sikap-sikap yang tidak baik, kecenderungan untuk berprasangka, gegabah menilai dan mengkritik, kita harus menyerahkannya kepada Yesus.
Katakan kepada-Nya bahwa kita tidak dapat mengatasi cacat itu dengan kekuatan sendiri, mohon pertolongan-Nya dan letakkan masalah kita dalam tangan-Nya. Mengakui bahwa kita tidak sempurna, membutuhkan kerendahan hati, mengakui bahwa kita memiliki hal-hal yang tak dapat kita kendalikan sendiri dan diubah menjadi lebih baik.
Orang yang lumpuh tangan kanannya itu sebenarnya bisa menolak saat Yesus mengatakan: “Ulurkanlah tanganmu,” dan berbuat seolah-olah tidak ada masalah. Tetapi ia memahami keadaannya dan mengakui ketidakberdayaannya. Itulah kerendahan hati.
Kita semua memiliki banyak hal yang tidak dapat kita kendalikan dalam hidup kita. Mungkin itu kemabukan, merokok, nafsu makan yang berlebihan, seksualitas kita, kecenderungan bermulut besar, kecenderungan mencari kambing hitam, berbohong, kebiasaan membicarakan orang lain, atau masalah lainnya. Sering kali kita telah mencoba mengatasinya, tapi lebih sering cacat-cacat itu yang menguasai kita. Apa yang harus kita lakukan? Sama seperti orang yang mati tangannya itu. Ulurkan tangan, serahkan kepada Yesus. Ia datang untuk menyembuhkan kita. Mengapa kita tidak membiarkan-Nya menyembuhkan kita?
Bacaan hari ini: 1Kor. 5:1-8; Mzm. 5:5-6,7,12; Luk. 6:6-11.