Sabda Hidup
Jumat 18 Desember 2020
Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, Malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya.
(Mat 1: 20 – 21. 24).
Tidak selalu mudah untuk tersenyum dan bersikap baik ketika kita diminta untuk berkorban. Tidak selalu mudah untuk mendahulukan orang lain ketika kita lelah dan dalam kondisi buruk. Tidaklah selalu mudah untuk melaksanakan kehendak Bapa. Tidak selalu mudah untuk mendaki bukit Kalvari. Akan tetapi, kita sebagai anak-anak-Nya, harus belajar untuk taat dan tidak mencari jalan sendiri, melainkan jalan-Nya. Tidak selalu mudah berjuang untuk pertarungan yang baik. Tetapi semua itu selalu baik dan benar.
Kata-kata itu barangkali dapat menggambarkan apa yang dilakukan oleh St Yusuf, tokoh Injil hari ini. Kalau mau mengikuti keinginan sendiri, ia tinggalkan Maria diam-diam. Itu pun sudah menunjukkan ketulusan hatinya. Sebab sebagai seorang Yahudi yang baik, hukum mewajibkan dia untuk melaporkan Maria kepada pihak berwenang yang akan menjatuhkan hukuman agar Maria dirajam sampai mati.
Namun dalam kerendahan dan ketulusan hatinya, Yusuf mendengarkan Tuhan dan taat kepada-Nya. Ia tidak jadi menceraikan Maria diam-diam. Malahan ia membawa Maria ke rumahnya, menjaganya dari segala macam skandal. berulang kali suara Tuhan datang kepadanya dan ia melaksanakannya tanpa mengajukan pertanyaan apapun (Matius 2:20).
Semoga di masa Advent ini kita terinspirasi oleh kehidupan Santo Yusuf: kerendahan hati-Nya, kesediaannya untuk mendengarkan suara Tuhan. Kasih dan perlindungan tanpa syarat untuk Maria dan Puteranya. Karakternya menjadi suami dan orang tua yang bertanggung jawab.
Mari kita, seperti St. Yusuf, bekerja dalam keheningan dan ketulusan untuk Tuhan. Mari kita bekerja tanpa mengharapkan publisitas. Marilah kita menerima dan memenuhi tanggung jawab kita kepada Tuhan tanpa menginginkan penghargaan; tanpa memikirkan imbalan dan pujian. Semoga kita tidak hanya berpikir untuk keuntungan diri sendiri tetapi untuk kepentingan orang lain. Mari kita menjadi seperti St. Yusuf, membuat keputusan dalam terang rencana Tuhan dan bukan untuk keuntungan pribadi, melindungi dan memajukan kebaikan dan kehidupan orang-orang yang kita cintai dan yang dipercayakan kepada kita.
Bacaan misa hari ini: Yer. 23:5-8; Mzm. 72:2,12-13,18-19; Mat. 1:18-24.