Remah Harian

Tuhanlah Gembalaku, Itu Saja Cukup

Pinterest LinkedIn Tumblr

Di sebuah gereja, ada sebuah papan kecil untuk menulis refren Mazmur Tanggapan, agar umat bisa menjawab dengan baik, setiap kali mengikuti Misa. Suatu hari refren Mazmur Tanggapan berbunyi: “Tuhanlah gembalaku, tak’kan kekurangan aku.” Sebelum misa, seorang misdinar diminta menulis refren itu di papan. Waktu ia menuliskannya, huruf-hurufnya terlalu besar sehingga papan itu tidak cukup. Maka ia melapor kepada Pastor bahwa papannya tidak cukup untuk menulis refren mazmur tanggapan. Pastor menjawab: “Kalau begitu, tulis saja “Tuhanlah Gembalaku”, itu saja cukup.” Ketika misa berlangsung, sesudah bacaan pertama, lektor membaca mazmur tanggapan, pastor terkejut karena umat menjawab: “Tuhanlah gembalaku. Itu saja cukup!” Rupanya, misdinar tadi salah menafsirkan perintah pastor. Ia menulis di papan: “Tuhanlah gembalaku. Itu saja cukup!” Sebuah kesalahan dalam menulis, tapi menggelitik.

Siapakah atau apakah yang “menggembalakan” saya? Uang? Kuasa? Ambisi? Kesenangan? Sopi? TV? Gadget?

Apakah benar-benar Tuhanlah gembalaku? Dan itu saja cukup?

“Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku,” (Yoh 10: 27).

Apakah saya mendengarkan Dia?

Author

Write A Comment