Remah Harian

TUHAN [TIDAK] MENGABULKAN DOA SAYA

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Kamis, 6 Oktober 2022, Kamis Pekan Biasa XXVII
Bacaan: Gal. 3:1-5; MT Luk. 1:69-70,71-72,73-75Luk. 11:5-13.

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.”

(Luk 11: 9 – 13)

Dengan perumpamaan tentang seorang sahabat yang “tak tahu malu” minta roti malam-malam kepada sahabatnya, Yesus menegaskan perlunya berdoa dengan tekun, konsisten, dan tak jemu-jemu, yang menunjukkan ketergantungan total kita kepada Allah. Bagi orang Yahudi masa Yesus, keramahtamahan adalah esensi dari kebaikan seseorang, dan oleh sebab itu menerima tamu tanpa menghidangkan makanan dan minuman adalah hal yang mustahil. Tetapi mengapa bertamu larut malam? Di Israel perjalanan biasa dilakukan sore-sore untuk menghindari teriknya matahari. Maka sudah pasti tiba sudah larut malam. Sahabatnya kelabakan karena tidak ada persediaan makanan. Tamunya pasti capek, lapar dan haus. Maka pergilah ia ke rumah tetangganya yang lain, mengetuk pintu, membangunkannya, dan minta supaya dipinjamkan kepadanya tiga roti. Karena kegigihan dan sikapnya yang “tak tahu malu” itu, tetangganya, meski enggan untuk bangun, ia akan bangun dan memberikan roti yang sahabatnya perlukan bagi tamunya. Lagipula yang meminta juga bukan orang lain, tetapi sahabatnya, tetangganya.

Perumpamaan ini menjadi jaminan bahwa doa selalu dikabulkan dan dorongan bagi kita untuk berdoa dengan tekun. Perumpamaan ini menekankan perlunya bagi kita berdoa dengan konsisten dan tak jemu-jemu. Itulah wujud dari ketergantungan kita kepada Allah. St Paulus berulang kali juga berkata, “Bertekunlah dalam doa,” (Rom 12: 12; Kol 4: 2), “Berdoalah setiap waktu,” (Ef 6: 18), “Tetaplah berdoa, (1 Tes 5: 17). Yesus sendiri memberi jaminan, “Setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan,” (Luk 11: 10).

Tentang doa, kita, orang-orang di jaman modern ini sering berdalih:

  1. “Ah saya sibuk.” Dalih ini mengajak kita untuk melihat prioritas kita dalam hidup. Apakah Tuhan masih menjadi yang pertama dari prioritas hidup kita? Apa yang benar-benar penting dalam hidup kita? Apakah Tuhan masih penting dalam hidup kita?
  2. “Doa itu hanya memberikan dorongan psikologis.” Orang-orang seperti itu melupakan fakta bahwa doa membangun dan meningkatkan hubungan responsif kita dengan Tuhan, Sumber kekuatan kita. Bahkan hidup kita adalah miliknya!
  3. “Allah yang Mahakasih seharusnya menjaga dan menghindarkan kita dari bencana, penyakit, kecelakaan tanpa kita harus memintanya.” Benar! Dan memang demikianlah! Doa memang bukan bermaksud memberi informasi kepada-Nya, tetapi mengekspresikan kesadaran kita bahwa kita membutuhkan Dia yang mengasihi kita tanpa syarat dan ketergantungan kita kepada-Nya.
  4. “Ah doa itu membosankan!” Orang-orang yang menggunakan alasan ini melupakan fakta bahwa doa adalah percakapan dengan Tuhan: mendengarkan Tuhan berbicara kepada kita melalui Kitab Suci dan berbicara kepada Tuhan melalui doa pribadi dan keluarga. Kita tidak dapat memiliki hubungan dekat dengan siapa pun, termasuk Tuhan, tanpa percakapan yang terus-menerus dan akrab. Bagaimana saya membangun persahabatan dengan Tuhan?

Sahabat-sahabat, ingatlah bahwa Tuhan mendengarkan doa kita. Ia mengenal kita, memperhatikan kita, dan menginginkan yang terbaik untuk kita. Dia selalu punya waktu untuk kita dan ingin agar nkita terbuka pada-Nya.

Ia menjawab doa-doa kita. Dia menjawab sesuai dengan rencana-Nya, yang terbaik bagi kita, sesuai dengan waktu-Nya, menurut cara-Nya. Jika kita berpikir kita tidak menerima apa yang kita minta, itu bukan karena Ia menolaknya, tetapi dalam rencana dan kebaikan-Nya Ia ingin memberi kita sesuatu yang lebih baik. Tuhan tidak pernah memberikan sesuatu yang akan merugikan kita. Tuhan selalu memberikan hal-hal dan pemberian yang baik. Tuhan tidak pernah berhenti memberkati kita. Dia selalu baik dan murah hati, memberi kita anugerah terbaik yang pernah ada—ROH KUDUS-Nya.

Author

Write A Comment