Sabda Hidup
Minggu, 7 Juni 2020, Hari Raya Tritunggal Mahakudus
“Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal,” (Yoh 3: 16)
Ada kisah Santo Agustinus dari Hippo, seorang filsuf dan teolog hebat. Dia sibuk memikirkan rahasia ajaran Tritunggal Mahakudus. Dia sangat ingin memahami ajaran satu Tuhan dalam tiga pribadi dan untuk dapat menjelaskannya secara logis. Suatu hari dia berjalan di sepanjang pantai dan merenungkan hal ini. Tiba-tiba, dia melihat seorang anak kecil sendirian di pantai. Anak itu membuat lubang besar di pasir, lari ke laut dengan tempurung kecil, diisinya tempurung itu kecil dengan air laut, ia tuang air dari tempurung itu ke dalam lubang yang dibuatnya di pasir. Bolak-balik dia pergi ke laut, mengisi tempurungnya dan menuangkannya ke dalam lubang. Augustinus berdiri dan berkata kepadanya, “Nak, apa yang kamu lakukan?”
Dia menjawab, “Saya mencoba memindahkan air laut ke dalam lubang ini.”
“Tidak mungkin, Nak!” kata Agustinus padanya, “Tak mungkin kamu dapat memindahkan air laut yang begitu luas ke dalam lubang kecil dan dengan tempurung kecil ini?”
Dia menjawab kembali, “Dan kamu, kamu pikir dengan kepala kecilmu itu dapat memahami Allah yang begitu luas?” Dengan itu si anak menghilang.
Ajaran tentang relasi Bapa, Putra, dan Roh Kudus yang adalah Allah yang sepenuhnya dan sederajat, namun tidak ada tiga Allah, tidak dapat sepenuhnya dipahami oleh pikiran manusia. Ini adalah sebuah misteri. Bagaimana mungkin 1+1+1 = 1? Mungkin rumusnya bukan pertambahan atau pengurangan tetapi perkalian: 1x1x1 = 1. Pada umunya berhadapan dengan misteri ini kita berkata: “Percaya saja!”
Baiklah, tetapi mari kita bukan sekadar percaya saja. Mari kita coba sejauh yang kita bisa untuk belajar sesuatu. Tentu saja, berhadapan dengan misteri ini, kita perlu dengan rendah hati mengakui bahwa kita tidak akan dapat sepenuhnya memahami ajaran ini. Walau demikian, jika kita bertanya, kita dapat belajar hal-hal yang bernilai tentang Allah dan tentang diri kita sendiri.
Nah, mari kita bertanya, “Mengapa Allah itu tidak hanya satu pribadi saja?” Selama berabad-abad, dari nabi yang satu ke nabi yang lain, Allah mencoba meyakinkan umat Yahudi untuk hanya percaya pada satu Allah saja. Kepada Nabi Musa, Allah berkata: “Jangan ada allah lain!” Ketika tiba pada agama Kristen, Allah yang satu itu diajarkan “mempunyai” tiga pribadi. Bukankah lebih simpel kalau ada satu pribadi saja? Apalagi, jika Allah itu Mahakuasa, bukankah lebih bagus kalau hanya ada satu pribadi saja, sebab Ia harus secara penuh “self-sufficient” dan dapat dengan mudah mengisolasi diri-Nya sepenuhnya dari yang lain?
Nah, inilah pelajaran pertama yang dapat kita dapatkan dari Tritunggal Mahakudus: sederhananya, Allah bukanlah seorang “penyendiri”. Allah sungguh-sungguh Mahakuasa, tetapi ia tidak ada dalam kesendirian. Ia mempunyai kapasitas dan hak untuk “mementingkan diri sendiri” (self centered and self-absorbed). Tetapi tidak demikian. Sifat-Nya sebagai Allah Tritunggal adalah Allah yang berelasi dan berbagi bahkan dalam diri-Nya sendiri.
Sekarang, kita lebih mengerti mengapa ada istilah “no man is an island.” Sama seperti Tuhan, kita seharusnya tidak ada hanya untuk diri kita sendiri. Kita tidak dimaksudkan untuk menarik diri dari dunia dan mengisolasi diri kita dari orang lain. Kita tidak dimaksudkan untuk mementingkan diri sendiri atau segalanya terarah pada diri sendiri, hanya memikirkan kebutuhan kita sendiri dan bekerja hanya untuk kepentingan kita sendiri. Sama seperti Allah, kita harus hidup bersama orang lain.
Pertanyaan kedua: “Mengapa Dia tidak bisa menjadi dua Pribadi saja tetapi tiga?” Mengapa? Mengapa Tuhan tidak bisa menjadi Bapa dan Putra saja?
Di sini kita menemukan pelajaran kedua: Memang benar bahwa dua lebih baik dari satu karena dengan berdua kita dapat berbagi dan ada cinta antara dua orang. Namun, Cinta Ilahi tidak bisa eksklusif. Ketika dua orang jatuh cinta, seakan-akan hanya ada dua orang itu. Dunia Cuma milik berdua. Bahkan cinta antara dua orang masih bersifat eksklusif. Cinta Tuhan tidak bisa seperti itu. Cinta Tuhan tidak eksklusif. Bahkan cinta antara dua orang pun masih bersifat egois.
Cinta yang terbaik dan paling ilahi adalah ketika cinta itu lebih inklusif dan lebih universal. Cinta yang lebih universal lebih ilahi karena cinta Tuhan mencakup semua. Jika kita ingin menjadi lebih seperti Tuhan, cinta kita harus melampaui lingkaran keluarga dan teman kita; yaitu, itu harus melampaui cinta ekslusif.
Cinta sejati dan ilahi membutuhkan tiga pasangan. Bagi Tritunggal Mahakudus, ini berarti cinta yang total dan saling dan berbagi di antara ketiga Pribadi Ilahi: Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Bagi kita, itu juga berarti cinta dan berbagi di antara tiga pihak: Tuhan, diri kita sendiri, dan sesama kita. Cara cinta komunal ini benar-benar dapat disebut Trinitarian.
Semoga kita mampu membangun semangat Tritunggal Mahakudus: dalam cinta kasih membina kesatuan dan kerukunan.
Bacaan Misa Hari ini: Kel. 34:4b-6,8-9; MT Dan. 3:52,53,54,55,56; 2Kor. 13:11-13; Yoh. 3:16-18.
1 Comment
Shalom saudara-saudari Kristen. Sudah ada yang pernah mendengar tentang Shema Yisrael? Ini adalah kalimat pengakuan iman orang Yahudi yang biasa diucapkan pada setiap ibadah mereka baik itu di rumah ibadat atau sinagoga maupun di rumah. Yesus juga menggunakan Shema untuk menjawab pertanyaan dari seorang ahli Taurat mengenai hukum yang utama. Kita dapat baca di Ulangan 6 ayat 4 dan Injil Markus 12 ayat 29. Dengan mengucapkan Shema, orang Yahudi mengakui bahwa YHWH ( Adonai ) Elohim itu esa dan berdaulat dalam kehidupan mereka. Berikut teks Shema Yisrael tersebut dalam huruf Ibrani ( dibaca dari kanan ke kiri seperti huruf Arab ) beserta cara mengucapkannya 👇🏻
Teks Ibrani Ulangan 6 ayat 4 : ” שמע ישראל יהוה אלהינו יהוה אחד ”
Cara mengucapkannya : ” Shema Yisrael YHWH ( Adonai ) Eloheinu YHWH ( Adonai ) ekhad ”
Lalu berdasarkan halakha/ tradisi, diucapkan juga berkat: ” ברוך שם כבוד מלכותו לעולם ועד ” ( barukh Shem kevod malkuto le’olam va’ed ) yang artinya diberkatilah nama yang mulia kerajaanNya untuk selama-lamanya. אמן/ Amin🤲🏻
ש🕎✡️🐟📜🖖🏻🕍🗺️🕊️🌾🍇🍎🍏🥛🍯🍷