Sabda Hidup
Senin, 19 April 2021, Senin Pekan Paskah III
Bacaan Injil hari ini mengisahkan kejadian sesudah Yesus menggandakan Roti. Sesudah mukjizat penggandaan roti, orang banyak itu mencari-cari Yesus. Mereka melihat bahwa Yesus tidak naik perahu bersama murid-murid-Nya, kemudian mereka mencari Dia di tempat Ia membuat mukjizat penggandaan roti, tetapi Ia tidak ada juga di sana. Maka mereka “mengejar” Yesus ke Kapernaum. Ketika mereka menjumpai-Nya di Kapernaum, mereka bertanya: Rabi bilamana Engkau tiba di sini?
Terhadap pertanyaan itu Yesus menjawab: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya,” (Yoh 6: 26 – 27)
Apa yang dikatakan oleh Yesus ini menukik ke hati kita, bertanya soal prioritas hidup. Apa yang anda cari? Untuk apa anda bekerja? Apakah anda bekerja keras untuk “makanan yang dapat binasa”? Apakah anda mencari “makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal? Atau, “Ya… saya juga cari kehidupan yang kekal…. tapi tipis-tipis saja….”
Atas pelbagai alasan, kita dapat saja terobsesi untuk mencari yang sementara saja di dunia ini. Orang banyak itu mencari Yesus karena mereka telah diberi makan sampai kenyang dan mereka sudah lapar lagi. Mereka mencari “makan” secara harafiah. Yesus menegur mereka, mengarahkan mereka pada alasan yang sesungguhnya, yang harus ada, untuk mencari Dia. Alasan yang seharusnya ada untuk mencari Dia adalah karena Ia memberi “makanan yang bertahan sampai hidup yang kekal.” Ia sendirilah yang akan memberikan makanan itu: Roti Hidup, diri-Nya sendiri.
Kita juga perlu bertanya kepada diri kita masing-masing. Apa orientasi hidup saya? Apa yang saya cari? Acap kali kita berorientasi pada pemuasan hasrat, nafsu, materi atau harta benda, dan hal-hal fana lainnya. Kita tidak sungguh-sungguh berjuang untuk hidup yang kekal. Atau, kita berjuang untuk hidup yang kekal, tapi “tipis-tipis saja”! Kita menjalani hidup dengan asal-asalan dan sembrono, untuk kenikmatan jasmani saja. Masalah-masalah yang kita hadapi timbul karena kita salah orientasi. Ada banyak contoh yang dapat kita sebutkan, seperti ketidaksetiaan dengan janji pernikahan, penipuan, pertengkaran karena hal-hal yang sebenarnya sepele, penyalahgunaan narkoba, mabuk-mabukan dll.
Kita semua selalu diundang untuk berorientasi pada “makanan yang bertahan sampai hidup yang kekal.” Kita diajak untuk memberi kualitas pada hidup kita. Kesetiaan pada janji perkawinan, kesetiaan dalam hidup imamat dan kebiaraan, menjalankan bisnis dengan jujur, transparan dalam mengelola keuangan, menjaga tubuh agar tetap sehat, menghindari miras dan narkoba, dll. Semuanya merupakan usaha kita untuk mencapai hidup yang kekal.
Maka, luangkan waktu untuk menjawab pertanyaan ini: “Apa yang saya cari dalam hidup?” Luangkan waktu untuk menjawab pertanyaan itu dan jawablah dengan jujur. Apa yang anda inginkan? Apa yang anda kejar? Apa kerinduan hati anda yang terdalam? Jika anda jujur anda akan menemukan banyak hal yang anda inginkan, yang sebenarnya tidak diinginkan oleh Yesus untuk anda cari. Menyadari hal ini merupakan langkah yang baik untuk menemukan “makanan yang sejati” yang ingin Yesus berikan kepada kita. Langkah yang sungguh-sungguh, bukan “tipis-tipis saja”!
Selamat memasuki pekan yang baru dalam peziarahan kita menuju hidup yang kekal.
Bacaan hari ini: Kis. 6:8-15; Mzm. 119:23-24,26-27,29-30; Yoh. 6:22-29.