Remah Harian

TIDAK PUNYA MUSUH

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Sabtu, 12 Maret 2022, Sabtu Pekan Prapaskah I
Bacaan hari ini: Ul. 26:16-19Mzm. 119:1-2,4-5,7-8Mat. 5:43-48.

“Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”

(Mat 5: 43 – 44)

Antisthenes, seorang filsuf Yunani, murid Socrates pernah berkata: “Perhatikanlah musuh-musuhmu, sebab merekalah yang pertama-tama menemukan kesalahan-kesalahanmu.”

Akan tetapi, Yesus dalam Injil hari ini mengundang kita untuk membuat perubahan cara berpikir lebih radikal lagi. Perintah mengasihi sesama tidaklah asing. Bahkan pada masa Musa, orang-orang Yahudi juga mendapatkan perintah harus mengasihi sesama, walau “sesama” dalam pengertian mereka sangatlah rancu. Mengasihi sesama bagi mereka berarti mengasihi sesama orang-orang Israel. Maka mengasihi musuh akan dianggap suatu kegilaan.

Yesus memberi makna baru pada hukum lama itu dan makna baru pula tentang siapa itu sesama, mulai dari yang terdekat hingga yang terjauh di ujung bumi, bahkan yang terjauh di sudut hati yakni “musuh-musuh” kita. Kabar baik Kristus menuntut suatu kasih yang lebih sempurna, kasih terhadap sesama dan terhadap musuh. Dan Ia bukan hanya mengajarkan tetapi menghidupinya.

Kita semua memahami bahwa salah satu hal yang sulit untuk kita lakukan adalah mengikuti perintah ini. Bagaimana mungkin kita dapat mengasihi seseorang yang menyakiti kita? Kita mengasihi musuh bukan karena mereka layak diperlakukan seperti itu tetapi karena Allah menghendaki mereka diperlakukan dengan belas kasih dan kerahiman. Bukankah kasih dan kerahiman-Nya diberikan baik bagi orang baik maupun orang jahat?

St Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus berkata: “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus,ia adalah ciptaan baru:yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang,” (1 Kor 5: 17). Sebagai ciptaan baru dalam Kristus, kita harus berani “tampil beda”.

* * *

Dalam kotbahnya di Gereja, Pastor bertanya, “Siapa di antara kamu yang telah mengampuni musuh-musuhmu?” Umat yang mengangkat tangan hanya lima puluh persen. Pastor belum puas. Ia sangat berharap umat Kristen harus mengampuni musuh-musuh, bahkan mengasihi musuh-musuh, seperti yang diajarkan oleh Tuhan. Maka ia bertanya untuk kedua kalinya, “Siapa di antara kamu yang telah mengampuni musuh-musuhmu?” Kali ini yang angkat tangan sekitar tujuh puluh lima persen.

Pastor berlum merasa puas. Ia mau seratus persen umatnya mengampuni musuh. Dengan suara yang sangat kuat ia bertanya untuk ketiga kalinya, “Siapa di antara kamu yang telah mengampuni musuh-musuhmu?” Semua umat angkat tangan, kecuali seorang ibu tua. Ia tidak angkat tangan. Pastor pun bertanya kepadanya, “Ibu, siapa namamu?” Ibu tua itu menjawab, “Yakomina.” “Berapa usiamu?” tanya pastor lagi. “Sembilan puluh lima pastor!” jawab ibu tua itu. Kembali Pastor bertanya, “Kenapa ibu tidak angkat tangan waktu saya bertanya siapa di antara kamu yang sudah mengampuni musuh-musuhmu?” Dengan polos Ibu Yakomina menjawab, “Saya tidak mempunyai musuh Pastor!” Pastor senang sekali mendengar jawaban ibu itu. Ia pun menyuruh ibu Yakomina datang ke depan mimbar. Dengan langkah tertatih ibu Yakomina datang ke depan mimbar. Setelah sampai di depan mimbar, Pastor berkata kepada ibu Yakomina, “Ibu, katakanlah kepada semua umat yang ada di gereja ini, bagaimana seorang ibu berusia sembilan puluh lima tahun tidak mempunyai musuh-musuh. Ibu Yakomina mengatakan, “SAYA TIDAK MEMPUNYAI MUSUH-MUSUH KARENA MEREKA SEMUA TELAH MENINGGAL DUNIA!”

Author

Write A Comment