Remah Harian

TERLAMBAT AKU MENCINTAIMU!

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

28 Agustus 2020, Peringatan St. Agustinus, Uskup dan Pujangga Gereja

“Berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya,” (Mat 25: 13).

“Betapa lambat aku akhirnya mencintaiMu,
keindahan begitu lama – begitu baru,
betapa lambat Kau kucintai!”

Engkau mengajak, memanggil dan menggempur ketulianku,
Engkau bersinar, cemerlang dan menghalaukan kebutaanku…
Terlambat aku mencintaiMu, ya Tuhanku!”

Kata-kata St Agustinus itu seakan merangkum sejarah hidupnya. Lahir dari seorang ibu yang sangat beriman dan taat beragama, tetapi pengaruh kekafiran ayahnya begitu kuat. Hatinya merasa gelisah. Ia mencari-cari sesuatu dalam berbagai aliran kepercayaan untuk mengisi kekosongan jiwanya.

Baru pada usia 31 tahun Agustinus mulai tergerak hatinya untuk kembali kepada Tuhan berkat doa-doa ibunya serta berkat ajaran St. Ambrosius, Uskup kota Milan. Namun demikian ia belum bersedia dibaptis karena belum siap untuk mengubah sikap hidupnya. Suatu hari, ia mendengar tentang dua orang yang langsung bertobat setelah membaca riwayat hidup St. Antonius Pertapa. Agustinus merasa malu. “Apa yang saya lakukan?” katanya. “Orang-orang yang tak terpelajar memilih surga dengan berani. Tetapi kita, dengan segala ilmu pengetahuan, demikian pengecut sehingga terus hidup bergelimang dosa!” Dengan hati yang sedih, Agustinus pergi ke taman dan berdoa, “Berapa lama lagi, ya Tuhan? Mengapa aku tidak mengakhiri perbuatan dosaku sekarang?” Sekonyong-konyong ia mendengar seorang anak menyanyi, “Ambillah dan bacalah!” Agustinus mengambil Kitab Suci dan membukanya tepat pada ayat: “Marilah kita hidup dengan sopan seperti pada siang hari… kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya.”(Roma 13:13-14). Ini dia! Sejak saat itu, Agustinus memulai hidup baru.

Setelah membaca kutipan Kitab Suci yang memukaunya, Agustinus mengalami suatu krisis pribadi yang mendalam dan memutuskan untuk menjadi seorang Kristen. Ia meninggalkan kariernya dalam retorika, melepaskan jabatannya sebagai seorang profesor di Milan, dan gagasannya untuk menikah, dan mengabdikan dirinya sepenuhnya untuk melayani Allah.

24 April 387 Agustinus dipermandikan oleh Uskup Ambrosius. Ia memutuskan untuk mengabdikan diri pada Tuhan dan dengan beberapa teman dan saudara hidup bersama dalam doa dan meditasi. Pada tahun 388, setelah ibunya wafat, Agustinus kembali ke Afrika. Ia menjual segala harta miliknya dan membagi-bagikannya kepada mereka yang miskin papa. Ia sendiri mendirikan sebuah komunitas religius. Atas desakan Uskup Valerius dan umat, maka Agustinus bersedia menjadi imam. Empat tahun kemudian Agustinus diangkat menjadi Uskup kota Hippo.

Semasa hidupnya Agustinus adalah seorang pengkhotbah yang ulung. Banyak orang tak percaya kembali ke gereja Katolik sementara orang-orang Katolik semakin diperteguh imannya. Agustinus menulis surat-surat, khotbah-khotbah serta buku-buku dan mendirikan biara di Hippo untuk mendidik biarawan-biarawan agar dapat mewartakan injil ke daerah-daerah lain. Gereja Katolik di Afrika mulai tumbuh dan berkembang pesat. Agustinus wafat pada tanggal 28 Agustus 430 di Hippo dalam usia 76 tahun.

Mungkin ada yang berkata: “Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.” Tetapi tetap lebih baik yang siap sedia. “Berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya,” (Mat 25: 13). Itu baru sikap yang bijaksana, menjaga pelita iman kita tetap menyala.

Bacaan Misa hari ini: 1Kor. 1:17-25Mzm. 33:1-2,4-5,10ab,11Mat. 25:1-13

Author

Write A Comment