Di sekolah, ada murid teladan, tetapi ada juga murid telatan. Yang masuk kategori teladan tentu mempunyai pelbagai macam prestasi. Yang masuk kategori telatan, tentu juara dalam datang terlambat. Dalam dunia kerja, ada karyawan teladan dan ada juga karyawan telatan. Pun dalam hidup beriman, ada orang beriman teladan dan ada juga orang beriman telatan. Orang beriman teladan tentu mempunyai banyak keutamaan. Orang beriman telatan bukan cuma telat datang misa atau doa lingkungan atau latihan koor, tetapi telat dalam beriman. Sudah mendekati pintu ajal baru bertobat. Tetapi apakah keselamatan yang dianugerahkan oleh Tuhan berbeda antara yang teladan dan yang telatan?
Bacaan Injil hari ini dapat memberi gambaran. Perumpamaan tentang para pekerja di kebun anggur berbicara tentang kemurahan hati dan belas-kasih Allah yang luar biasa (Mt 20: 1 -16). Pada masa Yesus, para pekerja harus menunggu setiap hari di pasar atau plaza kota hingga seseorang memberi mereka pekerjaan. Jika tidak ada orang yang memberi mereka pekerjaan, berarti tidak ada makanan bagi keluarga. Para pekerja yang sudah bekerja sepanjang hari mengeluh sebab upah yang mereka terima sama dengan mereka yang datang bekerja sesudah lewat tengah hari. Namun, tuan yang empunya kebun anggur mempekerjakan mereka karena kemurahan hatinya, agar mereka dan keluarga mereka tidak kelaparan.
Jadi, perumpamaan dalam Injil hari ini bukan tentang keadilan. Itu tidak bericara tentang ketidakadilan sosial. Perumpamaan ini berbicara tentang kemurahan hati Allah. Para pekerja di kebun anggur itu menerima upah dari pemilik kebun anggur bukan karena mereka harus dibayar untuk pekerjaan yang mereka lakukan tetapi karena tuan kebun anggur itu ingin memberi.
Sama halnya dengan keselamatan. Keselamatan bukanlah “upah” Tuhan bagi kita karena tidak melanggar Sepuluh Perintah. Surga bukanlah “upah” bagi kita karena kita ikut Misa setiap Minggu, atau berdoa rosario setiap hari, atau tidak melakukan perzinahan atau tidak mencuri, tidak membunuh. Bukan karena semua ini bahwa Tuhan harus memberi kita keselamatan. Keselamatan bukanlah upah, tetapi anugerah Tuhan bagi kita. Kita akan dapat memasuki kerajaan Allah bukan karena kita layak tetapi karena Ia murah hati. Kita akan dapat memasuki kerajaan Allah bukan karena kita diberi ganjaran untuk apa yang baik tetapi karena Tuhan itu baik. Allah yang Mahamurah membuka pintu kerajaan-Nya bagi siapa saja.
Jadi yang penting adalah menghidupi iman kita dengan setia, seperti yang dikatakan oleh St. Paulus: “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia,” (Kol 3: 23 – 24).
Mau cari contoh orang yang setia dan menjalani hidup dan imannya dengan konsekuen? Santa Perawan Maria yang kita peringati gelarnya sebagai ratu hari ini adalah contohnya. Ia menjadi Ratu bukan karena kemewahan dan kemegahannya, tetapi karena kesederhanaannya sebagai hamba. Keratuannya bukan karena keindahan dan kemewahan lahiriah. Ia adalah Ratu iman, iman yang sederhana dan mendalam. Ratu kesetiaan yang rendah hati dan konsekuen.
Bacaan hari ini: Yeh. 34:1-11; Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,6; Mat. 20:1-16a.