Remah Harian

TANPA JARAK

Pinterest LinkedIn Tumblr

Setiap tahun, kita selalu merayakan Natal. Mungkin, ada di antara Anda yang sudah merayakan natal lebih dari 50x karena Anda menjadi Katolik sudah 50 tahun lebih dan setiap natal pasti merayakannya. Saya sendiri, merayakan natal sudah 49x dan memimpin Misa Malam Natal sudah 21x. Pertanyaan saya: Anda bosan tidak merayakan Natal setiap tahun? ……. Pasti tidak. Mengapa? Karena Natal adalah kesempatan yang istimewa.

Natal tahun ini menjadi lebih istimewa lagi karena kita rayakan di tengah pandemi. Kita bersyukur karena dapat merayakan natal secara offline. Banyak orang yang hanya dapat merayakan Natal secara online. Kemeriahan Natal tidak dapat dialami seperti biasa. Tetapi justru saat-saat ini menjadi saat yang baik untuk kembali kepada makna Natal yang sejati.

Dalam audiensi kemarin, Rabu 23 Desember, Paus Fransiskus mengingatkan kita: “It is important that Christmas should not be reduced to a merely sentimental or consumerist festival, full of gifts and good wishes but poor in Christian faith.”  Pentinglah bagi kita agar Natal tidak diperkecil menjadi perayaan sentimental atau pesta pora konsumeristis, penuh dengan hadiah dan ucapan selamat, tetapi miskin dalam iman Kristiani. Perlulah bagi kita “untuk mengekang mentalitas duniawi tertentu yang menyebabkan kita tidak mampu menangkap inti pijar dari iman kita,” lanjutnya.

Natal itu bermakna bukan hanya karena kemeriahan dan hingar-bingar yang dibawanya tetapi lebih dari itu. Natal itu penting karena Allah menjadi manusia di dalam Yesus Kristus untuk menyelamatkan kita dari belenggu dosa dan kematian.

Ada paradoks yang kita alami saat ini, khususnya di saat pandemi. Kalau pandemi covid-19 ini memaksa kita untuk menjaga jarak satu sama lain, maka jalan Yesus berbeda. Kelahiran-Nya sebagai bayi miskin di palungan justru bukan untuk menjaga jarak, tetapi untuk dekat dengan kita. Untuk menjadi sama dengan kita, kecuali dalam hal dosa. Untuk solider dengan kita. Semangat inilah yang harus menjadi semangat kita, agar Natal kita semakin bermakna.

Bagaimana agar Natal bermakna?

Saya tertarik dengan kutipan berikut yang mengatakan: “Natal adalah ANDA”

Natal adalah Anda sendiri,
Ketika Anda memutuskan untuk dilahirkan kembali setiap hari dan membiarkan Tuhan masuk kedalam jiwa Anda.

Pohon Natal adalah Anda,
Ketika Anda teguh berdiri meski mengalami angin kencang, badai dan kesulitan hidup.

Hiasan Natal yang berwarna-warni adalah Anda,
Ketika kebaikan Anda adalah menjadi warna-warni yang menghiasi hidup Anda sendiri dan hidup orang lain.

Lonceng Natal adalah Anda,
Ketika Anda berdentang, mengundang sesama berkumpul dan berusaha bersatu dalam persaudaraan sejati.

Lampu Natal adalah Anda,
Ketika Anda menerangi jalan orang lain dengan kehidupan Anda dengan kebaikan, kesabaran, sukacita dan kemurahan hati.

Malaikat Natal yang mewartakan kelahiran Juruselamat adalah Anda,
Ketika Anda mewartakan perdamaian, keadilan dan cinta kasih untuk dunia.

Bintang Natal adalah Anda,
Ketika Anda menuntun seseorang untuk bertemu dengan Tuhan.

Musik Natal adalah Anda,
Ketika Anda melantunkan harmoni kehidupan di dalam diri Anda.

Kartu Natal adalah Anda,
Ketika tinta kebaikan tertulis di tangan Anda.

Ucapan Natal adalah Anda,
Ketika Anda memaafkan dan membangun kembali kedamaian sekalipun itu menyakitkan.

Perjamuan Natal adalah Anda,
Ketika Anda memuaskan dan memberi harapan kepada orang miskin di sekitar Anda.

Ya, Anda adalah Natal,

Ketika dengan rendah hati dan sadar, Anda menerima dalam keheningan malam Sang Juru Selamat Dunia, tanpa hingar-bingar pesta atau sebuah perayaan besar.
Namun dalam kelembutan, kedamaian batin dari Natal Abadi yang membangun kerajaan di dalam diri Anda.

Selamat Hari Natal!

Author

Write A Comment