Remah Mingguan

TALENTA

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Minggu, 15 November 2020, Minggu Biasa XXXIII

“Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat…..”

(Mat 25: 14 – 15).

Joey Alexander (lahir: Josiah Alexander Sila; lahir di Denpasar, 25 Juni 2003; umur 17 tahun) adalah pianis jazz asal Indonesia. Dalam usia sangat muda (7 tahun) ia telah menguasai teknik permainan piano dan improvisasi yang sangat penting dalam aliran musik jazz. Ia merilis album musik perdananya yang berjudul “My Favorite Things” pada tanggal 12 Mei 2015 di usia 11 tahun di bawah Motema Record, New York. Melalui album ini, Joey mendapatkan nominasi Anugerah Grammy untuk dua kategori: Best Instrumental Jazz Album (“My Favorite Things”) dan Best Jazz Solo Improvisation (Giant Steps dari album tersebut). Ia juga bekesempatan Tampil sepanggung dengan Adele, Taylor Swift, Ed Sheeran, Bruno Mars, dll di Grammy Awards 2016. Ia juga menjadi Artis Asia Tenggara Pertama yang tampil di acara bergengsi tersebut.

Joey hampir sepenuhnya belajar musik jazz sendiri (autodidak) sejak usia enam tahun, ketika ia diberi hadiah keyboard oleh orang tuanya. Ia pernah tampil di hadapan Herbie Hancock dan Bill Clinton. Pada tahun 2014, Wynton Marsalis mengundang Alexander untuk bermain di malam gala Jazz di Lincoln Center 2014, dan ia menjadi “sensasi dalam semalam”, tulis The New York Times. Joey memenangi Grand Prix dalam Master-Jam Fest 2013, dan tampil di Montreal International Jazz Festival dan Newport Jazz Festival 2015.

***

Tentu ada banyak lain lagi yang mempunyai karunia luar biasa. Misalnya, BJ. Habibie, presiden RI ke-3. Saat menjabat Menristek pada masa Soeharto, ia mengimplementasikan “Visi Indonesia”. Menurut Habibie, lompatan-lompatan Indonesia dalam “Visi Indonesia” bertumpu pada riset dan teknologi, khususnya pula dalam industri strategis yang dikelola oleh PT. IPTN, PINDAD, dan PT. PAL. Targetnya, Indonesia sebagai negara agraris dapat melompat langsung menjadi negara Industri dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dunia olah raga dunia kita mengenal Lionel Andrés Messi atau Christiano Ronaldo yang piawai bermain sepak bola. Kita juga mengenal Rich Brian. Di usianya yang masih 19 tahun, Rich Brian sudah masuk dalam daftar “30 Under 30 Asia 2018” dalam bidang hiburan dan olahraga di majalah Forbes. Dan tahukah anda karakter-karakter animasi Minnions dan Shrek adalah karya orang-orang Indonesia? Minnions adalah karya Pierre Coffin, putra penulis ternama Indonesia, N.H. Dini. Sedangkan Shrek adalah karya Griselda Sastrawinata yang juga dipercaya sebagai salah satu Visual Development Artist dalam film animasi Disney yang berjudul Moana. Masih banyak lagi orang-orang berbakat luar biasa di sekitar kita.

***

Kita mungkin tergoda untuk bertanya: “Mengapa saya tidak seperti mereka?” “Mengapa saya tidak terberkati dengan wajah yang menarik atau dengan kemampuan bermain musik atau kepiawaian olah raga tertentu?” Apakah Tuhan punya favoritisme?

Perumpamaan tentang Talenta (Mat 25: 14 – 30) pada hari Minggu ke-33 ini memberi secercah jawabab. Benar bahwa Allah memberi karunia-karunia, tetapi dengan tingkat yang berbeda bagi setiap orang. Ada yang menerima 5 talenta, yang lain 2 talenta, dan yang lain 1 talenta.

Mengapa terdapat talenta yang berbeda-beda, itu adalah sebuah misteri. Tapi coba pikir, jika setiap orang adalah orang-orang jenius dan mahabintang, betapa membosankan dunia ini. Kalau semua orang jago main sepak bola, siapa yang akan menjadi penonton dan mengagumi mereka?

Kendati tidak sama, setiap orang mempunyai kualitas-kualitas yang cukup untuk dikembangkan. Yang penting di sini bukanlah berapa banyak seseorang mempunyai karunia, tetapi BAGAIMANA ia menggunakan karunia-karunia itu. Yang dituntut oleh Tuhan adalah bahwa seseorang menggunakan semua kemampuannya. Memang, setiap orang mempunyai talenta yang berbeda-beda, tetapi dapat mempunyai usaha yang sama besar.

Orang yang menerima 1 talenta dihukum bukan karena ia hanya mempunyai 1 talenta, tetapi ia dihukum karena ia hanya menguburkannya di dalam tanah, ia gagal mengembangkan talentanya.

Perumpamaan tentang talenta juga mengajarkan kepada kita tentang akuntabilitas. Seperti pelayan-pelayan dalam perumpamaan itu, kita harus mempertanggungjawakan karunia-karunia yang kita terima, entah itu kekayaan material, keterampilan untuk menghasilkan uang, kemampuan atau posisi yang kita miliki.

Ada beda antara hidup sukses dan hidup yang bermakna. Ada banyak orang yang sukses hidupnya – menjadi kaya, punya kedudukan tinggi, atau terkenal karena talentanya dan kerja kerasnya. Akan tetapi, hidup mereka, meski enak, adalah kosong, karena keberhasilan mereka tak pernah menjangkau orang lain. Mereka lupa dari mana mereka mempunyai segalanya itu.

Apakah saya menggunakan talenta-talenta saya untuk kebaikan banyak orang atau hanya untuk saya nikmati sendiri?

Akuntabilitas, tanggungjawab, berhubungan dengan dimensi sosial talenta-talenta. Karunia-karunia Allah diberikan kepada seorang pribadi, tetapi buah-buah dari karunia itu harus dibagikan dengan sesama, terutama mereka yang kurang beruntung.

***

Minggu, 15 November 2020 juga kita rayakan sebagai Hari Orang Miskin Sedunia ke-4. Dalam pesannya, Paus menyerukan kepada umat untuk menjaga pandangan mereka tertuju pada orang miskin, terutama selama pandemi Covid-19, dan memperingatkan agar tidak menyerah pada “pusaran ketidakpedulian”.

Tema untuk Hari Orang Miskin Sedunia ke-4 adalah “Ulurkan tanganmu kepada orang miskin”, diambil dari kitab Sirakh (7: 32). Paus juga mengingatkan bahwa “ibadah kepada Tuhan dan solidaritas dengan orang miskin dan penderitaan tidak dapat dipisahkan. Waktu yang dikhususkan untuk ibadah tidak pernah bisa menjadi alibi untuk mengabaikan tetangga kita yang membutuhkan.”

“Kedermawanan yang mendukung yang lemah, menghibur yang menderita, meringankan penderitaan dan mengembalikan martabat mereka yang dilucuti itu, adalah syarat untuk kehidupan manusia yang seutuhnya.” Panggilan untuk mengulurkan tangan bagi sesama, terutama yang berkekurangan adalah “panggilan untuk tanggung jawab dan komitmen sebagai pria dan wanita yang merupakan bagian dari kita, satu keluarga manusia.”

Akhir dari semua tindakan kita dalah KASIH. Semoga dengan doa-doa, ibada dan tangan kita yang terulur menuntun kita pada persaudaraan sejati.

Bacaan Misa hari ini: Ams. 31:10-13,19-20,30-31Mzm. 128:1-2,3,4-51Tes. 5:1-6Mat. 25:14-30 (Mat. 25:14-15,19-21).

Author

Write A Comment