Sabda Hidup
Rabu, 26 Oktober 2022, Rabu Pekan Biasa XXX
Bacaan: Ef. 6:1-9; Mzm. 145:10-11,12-13ab,13cd-14; Luk. 13:22-30.
“Ada seorang yang berkata kepada-Nya: “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.”
(Luk 13: 23 – 24)
Sambil melanjutkan perjalannya ke Yerusalem, Yesus menjawab pertanyaan seseorang tentang “berapa yang akan diselamatkan” dengan menjawab empat anggapan: Siapa yang akan diselamatkan, bagaimana, mengapa dan kapan? Yesus dengan jelas menjelaskan bahwa setiap orang yang berusaha masuk melalui pintu sempit kasih dan pengorbanan akan diselamatkan. Yesus juga mengingatkan para murid-Nya agar lebih memperhatikan bagaimana mereka sendiri dapat diselematkan ketimbang kepo tentang nasib orang lain.
Ketika seorang Yahudi bertanya kepada Yesus, “Tuhan, sedikit sajakah yang diselamatkan?” nampaknya ia sudah berasumsi bahwa keselamatan Umat Pilihan Allah itu sudah terjamin, karena mereka telah melaksanakan hukum Taurat. Dengan kata lain, Kerajaan Allah itu sudah di-booking untuk orang Yahudi saja, dan bangsa-bangsa lain tak boleh masuk. Tetapi Yesus menyatakan bahwa untuk masuk ke Kerajaan Allah itu bukan suatu yang otomatis berdasarkan agama dan bangsa. Keselamatan itu tidak dijamin untuk siapapun. Tak ada jalan pintas untuk masuk Kerajaan Allah. Agar “diselamatkan” seorang harus hidup dan mati dalam relasi yang dekat dengan Allah dan sesama. Kemudian Yesus menambahkan dua persyaratan: a) keselamatan kekal adalah hasil dari suatu perjuangan, maka “berjuanglah untuk masuk” b) Kita harus masuk melalui “pintu yang sempit” yakni pelayanan yang penuh kasih, pengorbanan dan tak ingat diri.
Lalu, “Apakah saya sudah diselamatkan?” Memang, “Saya sudah diselamatkan dari hukuman dosa oleh wafat dan kebangkitan Kristus.” Tetapi “Saya sedang dalam proses penyelamatan dari kuasa dosa oleh Roh Allah yang tinggal dalam diri saya.” Artinya, dengan bimbingan Roh Kudus saya berusaha melaksanakan kehendak Allah. Dan oleh sebab itu “saya berpengharapan bahwa suatu hari saya diselamatkan secara penuh ketika saya berada bersama Allah.”
Apa pesannya bagi kita?
Pertama, kita perlu memutuskan dengan bijak dan memilih “pintu yang sempit” itu ketika Allah memberikan kepada kita kebebasan untuk memilih. Yakni, kita harus memilih untuk konsisten “menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti-Nya.”
Kedua, kita perlu memeriksa jalan kita dari hari ke hari. Perumpamaan tentang pintu yang sudah ditutup mengingatkan kita bahwa waktu kita sempit. Setiap hari dapat saja menjadi kesempatan yang terlewatkan. “Kesempatan tidak akan mengetuk pintu rumah anda dua kali.” Mari setiap hari bertanya, bagaimana saya telah berusaha hari ini untuk masuk ke dalam pintu sempit kasih dan pengorbanan dalam tindakan saya?