“Solo Dios basta!” Allah saja cukup. Kalimat ini berasal dari paragraf pertama puisi St. Theresia Avilla yang berbunyi:
“Nada te turbe, nada te espante, todo se pasa, Dios no se muda; la paciencia todo lo alcanza; quien a Dios tiene nada le falta: Sólo Dios basta.”
Terjemahan bebasnya: “Jangan membiarkan sesuatu apa pun mengganggumu, Jangan membiarkan sesuatu apapun menakut-nakutimu. Segala sesuatu akan berlalu: Allah tidak pernah berubah, kesabaran memperoleh segalanya. Siapa saja yang memiliki Allah tak akan merasa kekurangan. Allah saja sudah cukup.” Puisi ini menggambarkan relasi mendalam antara St. Theresia dari Avilla bersama Allah.
Solo Dios basta, bisa menjadi pedoman bagi kita semua yang mencari Tuhan. Hidup di dunia modern ini penuh dengan aneka tawaran menggiurkan. Orang-orang yang suka korupsi adalah orang yang bermental hedonis. Orang itu bisa menghalalkan segalanya untuk mengambil dan menggunakan uang milik rakyat. Maka tidak heran jika 41 orang dari 44 anggota DPRD Malang, korupsi rame-rame. Malang benar kota Malang. Orang-orang yang gila kuasa akan menghalakan segala cara untuk memperoleh kekuasaan. Kekuasaan itu bisa berbuah kebaikan, bisa juga berbuah kejahatan. Ketika seorang memilih “Solo Dios basta” maka ia akan memiliki sikap lepas bebas untuk “hanya memiliki Allah saja sudah cukup”.
Solo Dios basta menjadi sebuah pesan istimewa bagi orang-orang yang berkehendak baik untuk melayani dengan sukacita tanpa membuat perhitungan apa pun. Orang-orang inilah yang dipimpin oleh Roh Allah sendiri. Orang-orang yang berani menyalibkan kedagingannya sehingga ia tak mendapat kecaman apa pun dari Yesus: “Celakalah!” tetapi mendapat pujian: “Berbahagialah!” atau “Terberkatilah!” Solo Dios basta! Apakah kita juga mendapat pujian: “Berbahagialah” atau justru dikecam: “Celakalah”?
Bacaan misa hari ini: 1 Kor 7:25-31, Mzm 45:11-12, 14-15, 16-17; Luk 6:20-26