Bermasalah dengan ibu mertua? Mungkin itu tidak dialami oleh Simon. Nampaknya, ibu mertua Simon sungguh adalah orang baik. Itulah sebabnya, ketika sakit, Simon dan kerabatnya meminta Yesus untuk menolong dia. “Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia,” (Luk 4: 38). Kebaikan ibu mertua Simon itu juga nampak dari kesiapsediaannya untuk melayani, bahkan ketika baru saja sembuh dari sakit. “Ia segera bangun dan melayani mereka,” kata Injil (Luk 4: 39).
Hidup kita sering ditentukan oleh daftar agenda atau pekerjaan kita. Jika sesuatu berasal dari luar dan tidak sesuai dengan agenda, kita segera mengesampingkannya atau membuangnya ke tempat sampah. Orang lain dengan segala kebutuhan mereka sering berakhir di tempat sampah. Seringkali kita tidak punya waktu untuk orang lain. Kita sering saling menghindar, terutama ketika seseorang membutuhkan. Hal yang sebaliknya ditunjukkan oleh Yesus dalam Injil hari ini. Yesus punya waktu untuk semua orang. Mungkin sebelum bertemu ibu mertua Petrus, Dia sibuk dengan beberapa urusan yang mendesak. Mereka hanya mengatakan padaNya bahwa dia sakit. Hanya butuh satu kata. Yesus murah hati. Bahkan sepanjang hari, hingga matahari terbenam Ia masih sibuk melayani.
Ada sebuah moto: ad omne opus bonum paratus, selalu siap sedia untuk pekerjaan yang baik. Apakah kita selalu siap sedia untuk apa saja yang baik? Atau hati kita tertutup sehingga tiada tempat lagi untuk orang lain?
“I’m a little pencil in the hand of a writing God, who is sending a love letter to the world.” Saya adalah sebuah pensil kecil di tangan Tuhan yang sedang menulis, yang sedang mengirim surat cinta kepada dunia. Demikian kata orang kudus kita hari ini, Ibu Teresa dari Kalkuta. Semoga kita masing-masing senantiasa siap sedia menjadi pensil di tangan Tuhan untuk menuliskan surat cinta kepada setiap orang yang kita jumpai.
Bacaan misa hari ini: 1Kor. 3:1-9; Mzm. 33:12-13,14-15,20-21; Luk. 4:38-44.