Sabda Hidup
Rabu 3 Februari 2021, Rabu Pekan Biasa 4
Ketika kita dibaptis, kita disatukan dengan hidup Yesus sebagai imam, nabi dan raja. Kita biasanya lupa akan hal itu. Bagaimanakah menjadi nabi?
- Menjadi seorang nabi harus berani. Seseorang tidak dapat menjadi nabi jika ia diam saja, dan selalu cari aman. Didorong oleh Roh Kudus, seorang nabi bertindak dan berbicara menurut apa yang diberikan Roh kepadanya. Tak ada tempat bagi diplomasi. Ia mengatakan apa yang ia lihat dan menyatakan kebenaran apa adanya.
- Menjadi nabi bukan untuk mendapat keistimewaan tetapi harus siap untuk di tolak dan dianiaya. Ketika seseorang mengatakan apa yang ia pikirkan, apa yang ia lihat, ketika seseorang menjadi transparan, mungkin orang akan mengagumi dia. Tetapi yang biasanya terjadi adalah mendapatkan lebih banyak perlawanan ketimbang pengagum.
Bagaimana kita menanggapi penolakan oleh orang lain, terutama oleh orang yang kita anggap sebagai orang-orang dekat? Dengan kisah ini, Yesus mengajar kita untuk tetap fokus pada visi dan misi kita bahkan ketika tantangan dan kesulitan menghampiri kita. Itu termasuk penolakan dari orang-orang yang kita harapkan untuk mendukung kita. Ketika ini terjadi, kita harus bergerak maju untuk melaksanakan kehendak Tuhan bagi kita dan untuk kepentingan orang lain juga. Sama seperti Yesus, marilah kita terus berjuang untuk yang baik, adil dan benar. Bagaimanapun, Tuhan selalu ada di pihak kita.
Selain itu, “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!” (Roma 12:21)
Bacaan Misa: Ibr 12: 4 – 7; 11 – 15; Mrk 6: 1 – 6.