Gereja, sejak didirikan oleh Kristus, terus mengalami banyak penganiayaan sampai abad ke tiga. Dalam masa penganiayaan tersebut, para pengikut Kristus banyak yang lebih memilih menumpahkan darah mereka dari pada mengingkari imannya. Mereka ini lalu disebut para martir, sebuah istilah dari bangsa Yunani yang berarti saksi. Mereka memberikan kesaksian bahwa Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat manusia tidak hanya dengan perkataan tetapi sampai mengurbankan nyawa mereka.
Orang-orang Kristiani lalu banyak berdatangan ke makam para martir untuk memberi penghormatan kepada mereka dan berdoa minta pertolongan mereka untuk Gereja yang masih mengembara di dunia, karena yakin bahwa mereka tentu telah mencapai kehidupan kekal di Surga. Lambat laun Gereja mulai memberi penghormatan tidak hanya kepada para martir, namun juga kepada mereka yang selama hidupnya benar-benar memberi teladan Kristiani selaku pengikut Kristus meskipun mereka meninggal secara biasa. Mereka disebut Santo atau Santa yaitu mereka yang telah hidup di dunia melayani Tuhan dengan penuh kesetiaan dan Tuhan telah memberikan kepada mereka kebahagiaan surga.
Dahulu di Roma terdapat sebuah kuil yang diberi nama Pantheon yang artinya rumah segala dewa-dewi. Kuil tersebut diberi nama demikian karena para kaisar Romawi mengumpulkan segala patung dewa-dewi yang disembah di berbagai wilayah kekaisaran Romawi di rumah ini. Ini dilakukan tidak hanya supaya semua orang bisa menyembah dewa-dewinya di satu tempat namun juga untuk menyenangkan hati orang-orang yang telah ditundukkan ke dalam kekaisaran ini.
Namun setelah lewat tahun 600, praktis di Roma dan sekitarnya, orang-orang telah menjadi Kristiani. Maka pada tahun 609 Paus pada waktu itu Paus Bonafisius IV mengeluarkan semua patung dewa-dewi dari Pantheon dan mengubah bangunan ini menjadi gereja yang dipersembahkan kepada Tuhan untuk menghormati Santa Perawan Maria dan semua Santo-Santa.
Para martir dan orang-orang kudus dihormati dalam Gereja pada tanggal-tanggal yang berbeda, sebagian dari mereka dirayakan untuk seluruh Gereja dan sebagian lainnya di beberapa gereja lokal saja.
Lama-kelamaan menjadi tidak mungkin untuk memberikan satu tanggal untuk seorang kudus. Lagipula Gereja yakin dan sadar betul bahwa ada jutaan orang-orang Kristiani yang hidup di dunia menghadapi segala godaan dan cobaan mengalami kedosaan namun demikian telah mengakhiri hidup mereka dalam persahabatan dengan Allah dan sekarang sudah bahagia di surga. Mereka benar-benar orang kudus yang sudah terbebas dari segala dosa dan berbahagia sepenuhnya dengan Allah di surga dalam keabadian. Jumlah mereka terus bertambah, mereka mendoakan kita dihadapan Allah untuk menolong kita dalam segala kelemahan kita.
Dari situlah maka Pesta semua orang kudus mulai dirayakan, mulanya di berbagai gereja lokal pada tanggal yang berbeda-beda lalu menjadi satu perayaan yang sama untuk seluruh Gereja. Ini terjadi sekitar tahun 800 dan tanggal yang dipilih adalah 1 November. Maka perayaan Hari Raya Semua Orang Kudus sudah dirayakan dalam Gereja selama 1211 tahun.
Roh Kudus telah menggerakkan hati umat Allah untuk merayakan pesta ini untuk dua maksud: untuk bersyukur dan memuji Allah yang telah menyelesaikan karya keselamatanNya pada begitu banyak orang di dunia dan untuk membesarkan hati kepada yang masih hidup di dunia supaya bertekun dalam kesetiaan kepada Kristus ditengah-tengah godaan, kelemahan dan penganiayaan.
Beberapa orang kudus yang kita rayakan pada pesta ini tentulah ada yang kita kenal, mungkin dia itu anggota keluarga kita, teman atau tetangga kita. Mereka juga mengalami kelemahan manusia seperti kita, namun dengan bantuan Roh Kudus, mereka berhasil mengakhiri perjalanan hidupnya dengan baik. Itu yang benar-benar namanya sukses! Kiranya dalam pesta ini mereka mau berpesan pada kita:
“Jangan takut, jangan berkecil hati; kami ini dulu juga seperti kalian, manusia lemah dan berdosa. Namun kami diselamatkan oleh kuasa kasih Tuhan. Berjuanglah terus, kami di sini membantu kalian dengan doa-doa kami kepadaNya. Ada hadiah besar yang telah tersedia di sini.”
Selama kita hidup di dunia ini, kita memiliki jalan hidup yang berbeda-beda: ada yang menjadi petani, guru, pegawai pemerintah, pengusaha, dokter, pedagang; sebagian masih muda dan yang lain sudah tua; ada yang berumah tangga dan yang lain tidak menikah, dan sebagainya, namun di atas semua perbedaan itu, sebagai orang Kristiani, sebagai orang Katolik, kita memiliki tujuan yang sama; di manapun kita berada, apapun pekerjaan kita, kita dipanggil untuk menjadi Kudus! Biasanya kita akan mengatakan “mana bisa orang berdosa seperti saya ini menjadi kudus?” Namun itulah kehendak Tuhan sebagaimana Paulus katakan dalam suratnya kepada umat di Tesalonika bahwa Ia mau supaya kita menjadi kudus (1 Tes 4: 3). Dan Tuhan tidak mungkin meminta dari kita sesuatu yang mustahil!
Bacaan Misa hari ini: Why. 7:2-4,9-14; Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6; 1Yoh. 3:1-3; Mat. 5:1-12a