Remah Mingguan

SELUMBAR DI MATA ORANG LAIN

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Minggu, 27 Februari 2022, Minggu Biasa VIII Tahun C
Bacaan: Sir. 27:4-7Mzm. 92:2-3.13-14.15-161Kor. 15:54-58Luk. 6:39-45.

“Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?”

(Luk 6: 41)

Mace Yakomina lihat mace tetangga jemur baju lewat kaca jendela dapur. Dia lihat semua pakaian kotor kekuning-kuningan. Dia bilang kepada suaminya, “Pace, lihat, itu mace rumah sebelah itu tra tau cuci pakaian sampai bersih. De cuci pakaian tetapi tetap saja kotor.” Tiga hari berikutnya, dia lihat mace rumah sebelah yang sama jemur pakaian dan dia kembali lihat pakaian itu kotor. Kali ini dengan mencibir dia bilang sama suaminya, “Sia-sia saja de cuci pakaian kalau begitu de pu hasil.” Beberapa hari kemudian, Yakomina sarapan di dapur. Waktu itu de juga lihat mace rumah sebelah jemur pakaian lewat kaca jendela dapur. Tapi dia heran, kali ini hasilnya berbeda. Semua pakaian bersih putih berkilau-kilauan. Maka dia melapor kepada suaminya, “Pace, lihat, baru sekarang mace rumah sebelah itu cuci pakaian sampai bersih. Ternyata bisa juga.” Suaminya menjawab: “Mace, mace rumah sebelah itu selalu cuci bersih dorang pu pakaian. Kitorang pu kaca jendela dapur ini yang kotor. Kemarin sa so kasih bersih.”

Sahabat-sahabat terkasih, melalui bacaan Injil hari ini Yesus memperingatkan kita untuk tidak menghakimi orang lain. Ia mengingatkan kita bahwa kita semua memiliki kekurangan dan kesalahan. Maka kita tidak memiliki hak untuk menilai kesalahan orang lain. Seorang teman yang pernah kecanduan minuman keras pernah membagikan pengalamannya, bahwa yang mencolok dari pertemuan mereka yang kecanduan alkohol yang kemudian disembuhkan adalah pengakuan bersama tentang kelemahan mereka. Masing-masing didorong untuk mengambil langkah pertama menuju perubahan: masing-masing mengakui bahwa dia memiliki kesulitan dan membutuhkan bantuan untuk disembuhkan. Masing-masing saling membantu untuk tetap sadar untuk berubah.

Dalam kehidupan kita,  sering kali kita sulit untuk mengakui kelemahan kita, bahkan kepada diri kita sendiri. Sebaliknya kita lebih suka memberi kesan bahwa kita baik-baik saja, dan tidak membutuhkan bantuan orang lain.

Di sisi lain, kita tidak dapat mengusahakan pertumbuhan sendiri-sendiri. Kita semua mempunyai tanggungjawab untuk saling membantu dan saling membimbing. Misalnya, orang tua memiliki tanggung jawab untuk menunjukkan kepada anak-anak mereka, tentu saja melalui teladan, tetapi juga dengan kata-kata, bagaimana menjalani kehidupan yang baik. Injil mengingatkan kita bahwa orang buta tidak dapat menuntun orang buta, bahwa kita perlu mencabut balok dari mata kita sendiri agar dapat membantu mengeluarkan selumbar di mata orang lain – tanpa menghakimi. Seseorang tidak dapat membimbing orang lain jika tidak memiliki pemahaman nilai yang baik: tak cukup ia hanya memiliki pengetahuan yang baik, tetapi ia juga harus berkomitmen untuk memperbaiki kekurangannya. Seperti seorang guru misalnya, ia benar-benar mulai belajar sesuatu ketika ia mencoba mengajarkannya kepada orang lain. Setiap orang tua tahu bahwa karena dia menyadari kebutuhannya untuk mengajar anak-anak bagaimana hidup yang baik, dia didorong untuk berperilaku dengan cara yang lebih Kristiani.

Yesus memperingatkan kita juga terhadap kecenderungan pembenaran diri. Menepati hukum saja tidak  cukup, karena Tuhan menyelidiki hati. Kita perlu melakukan hal yang benar dari niat yang benar. Kita perlu autokritik dan menyadari motif kita. Mari mohon kepada Tuhan, untuk memurnikan niat terdalam kita. Inilah yang dimaksud raja Daud ketika dia berdoa, “Ciptakanlah hati murni dalam diriku, ya Allah dan baruilah semangat yang teguh dalam batinku,” (Mzm 51: 10).

Sahabat-sahabat, mari kita bagikan kehidupan kristiani, kasih, dan kekayaan rohani kita melalui perbuatan dan kata-kata kita. Mari kita kita hindari kecenderungan untuk gossip dan memberikan penilaian yang gegabah, sembrono, dan menyakiti orang lain. Mari kita saling jaga dan saling membantu untuk bertumbuh dan mengahasilkan buah-buah iman dan kehidupan yang baik. Sebab “tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik,” dan “setiap pohon dikenal dari buah-buahnya.”

Author

Write A Comment