Dalam Injil hari ini (Luk 19: 1 – 10) Yesus menekankan pentingnya “hari ini” – saat ini – ketika ia berkata kepada Zakheus: “hari ini Aku harus menumpang di rumahmu!”
Hari ini, jikalau Yesus melintasi jalanmu, temua Dia! Jika ia datang mengetuk pintumu, bukalah pintu bagi-Nya! jangan lewatkan kesempatan, jangan menunda untuk bertemu dengan-Nya! Turunlah dan temui Yesus!
Tidak ada orang lain yang patut disalahkan jika kita melewatkan kesempatan untuk berjumpa dengan Tuhan. Perjumpaan melibatkan dua pihak. Perjumpaan tidak terjadi jika salah satu pihak tidak hadir. Tuhan selalu menunggu, namun sering kali kita yang melarikan diri daripada-Nya.
Sesungguhnya, amatlah membahagiakan bagi kita mengetahui bahwa Tuhan menjumpai kita apa adanya kita, di manapun kita berada. Lebih membahagiakan lagi saat kita mendengar bahwa para pendosa, seperti saya ini, seperti anda mendapatkan prioritas di Kerajaan Allah: “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”
Sungguh, itu adalah Kabar Baik!
Zakheus memanjat pohon untuk melihat Yesus, akan tetapi hanya saat ia turun dari pohon ia sungguh berjumpa dengan Yesus.
Ya, banyak dari kita yang hanya melihat, tetapi tidak sungguh-sungguh berjuma dengan Yesus karena kita menolak untuk turun dari pohon-pohon dalam kehidupan kita, pohon kenyamanan, pohon rasa aman, pohon kebiasaan buruk, pohon kesombongan……
Perjumpaan yang sejati terjadi hanya dan ketika kita turun. Kesombongan, entah itu intelektual, spiritual, finansial, atau kultural, adalah tembok yang menghalangi perjumpaan hati dengan hati. Sebab orang-orang “di atas sana” memiliki rasa aman palsu yang membuat mereka merasa lebih baik dari yang lain.
Orang-orang “di atas pohon” mempunyai sudut pandang yang lebih menguntungkan. Mereka melihat lebih jauh dan lebih luas. Akan tetapi, orang-orang dengan posisi seperti itu memiliki kecenderungan untuk memandang rendah, dan mereka lupa akan satu arah yang lebih penting: memandang ke ATAS.
Ada lagi “pohon” di mana kita bertengger dan enggan untuk turun: merasa benar, merasa tidak perlu bertobat, merasa tidak punya dosa. Apa yang dapat kita pelajari dari pengalaman Zakheus? Pertama, selalu ada harapan bagi seorang pendosa, seburuk apapun, sejauh ia mengakui dosa dan kesalahannya. Mengakui kesalahan sering kali bukan hanya langkah yang paling pertama, tetapi juga paling sulit dan paling penting untuk pembaharuan dari dan keselamatan. Kedua, pengampunan memerlukan niat yang sungguh-sungguh untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Dan akhirnya, pertobatan yang jujur memerlukan perbaikan dan “ganti rugi” seperti yang dilakukan Zakheus.
Perhatikan bahwa Yesus berkata kepada Zakheus untuk “segera turun!” artinya, tanpa menunda-nunda. Dengan kata lain, ketika Tuhan memanggil kita, kita harus dengan segera menanggapi-Nya, tanpa menunda, ragu-ragu atau hanya pergi setengah jalan. Lebih cepat kita “turun”, akan lebih baik.
Berapa lama, berapa tahun anda telah menunda untuk berjumpa dengan Tuhan dan orang lain? Mari “turun” sebelum terlambat. “Jika hari ini engkau mendengar suara-Nya, jangan berkeras hati!” (Ibr 3: 15; Kel 32:9; Yes 48:4). Tuhan, bantulah aku agar tidak menolak atau menunda untuk “turun”. Amin.