Sabda Hidup
Sabtu, 15 Januari 2022, Sabtu Pekan Biasa I
Bacaan: 1Sam. 9:1-4,17-19; 10:1a; Mzm. 21:2-3,4-5,6-7; Mrk. 2:13-17.
Pertanyaan para Farisi, “Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa,” berdasarkan asumsi tertentu. Para Farisi berasumsi, jika seseorang makan bersama-sama dengan para pendosa, ia juga seorang pendosa. Levi adalah seorang Yahudi yang bekerja bagi penjajah Romawi. Ia adalah seorang pemungut cukai. Para pemungut cukai dikenal ketidakjujurannya. Jika itu tidak terlalu buruk, mereka secara ritual “najis”. Mereka bergaul dengan orang-orang kafir. Pakaian mereka bersentuhan dengan pakaian orang-orang kafir. Piring dan alat makan mereka tidak dimurnikan.
Dengan demikian, Yesus dan murid-muridnya yang makan dengan orang-orang seperti itu, tidak bersih juga. Ia makan bukan hanya dengan para pemungut cukai, tetapi juga dengan para pendosa!
Dari sudut pandang hukum Taurat, para Farisi benar. Menurut hukum, seorang Israel yang bersentuhan dengan orang-orang yang secara ritual najis akan menjadi najis juga (Imamat 15: 7; Bilangan 19: 22).
Orang-orang Farisi tahu bahwa Yesus bukanlah orang Israel biasa-biasa saja. Mereka telah melihat mukjizat-mukjizat yang Ia lakukan. Mereka telah mendengar-Nya mengampuni dosa, dan mereka telah menyaksikan-Nya mengusir roh-roh jahat. Dengan itu semua, orang-orang Farisi terusik. Kuasa mereka dipertanyakan. Prestise dan pengaruh mereka terhadap orang banyak terganggu. Agenda mereka untuk mempersiapkan Israel bagi kedatangan Mesias berbenturan dengan Yesus dan Kerajaan-Nya. Kuasa mereka menafsirkan Hukum Israel terancam.
Maka ketika mereka terang-terangan melihat Yesus melanggar hukum dengan bergaul dan makan bersama para pendosa, makan dengan tangan najis, dari piring yang najis, bersama dengan orang-orang yang najis, mereka yakin bahwa orang semacam itu tentu bukan berasal dari Allah.
Asumsi mereka ini menghalangi mereka untuk melihat apa yang sebenarnya. Allah tidak hanya memperhatikan penampilan luaran; Ia melihat hati. Yesus datang dan bergaul dengan para pendosa. Orang-orang berdosa tidak membuatnya najis, tetapi Dialah yang memurnikan mereka. “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Sahabat-sahabat, jika Yesus bergaul dengan orang-orang berdosa, bagaimana dengan Anda? Apakah anda bersedia bersama dengan orang-orang “berdosa”? apakah anda juga terjebak oleh asumsi-asumsi pribadi terhadap orang lain? Menarik dicatat bahwa kita semua berdosa. Karena itu, semua orang yang berhubungan dengan Yesus adalah orang berdosa.
Mari kita kembali ke pertanyaan awal … Apakah Anda bersedia dilihat dan bergaul dengan mereka yang tidak populer, yang disingkirkan, yang sedang bingung dengan hidupnya, yang dihindari, yang dicap buruk oleh masyarakat? Apakah Anda bersedia membiarkan reputasi Anda berantakan karena Anda mencintai dan merawat mereka yang berkebutuhan? Apakah Anda bahkan bersedia untuk berteman dengan seseorang yang dapat merusak reputasi sosial Anda?
Renungkan, hari ini, mungkin dalam hidup Anda ada orang-orang yang ingin anda hindari. Mengapa demikian? Dengan siapa Anda tidak ingin dilihat? Mungkin Yesus, lebih dari yang lain, ingin bersama dengan orang itu. Ada ruang untuk siapa saja dalam Hati-Nya. Mari kita kita hidup berdasarkan iman, kepercayaan akan KASIH-NYA dan bukan berdasar asumsi-asumsi.