Remah Harian

SAYA MEMBUTUHKAN TUHAN

Pinterest LinkedIn Tumblr

“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” (YOH 8: 58)

Sebagai permenungan hari ini, saya bagikan kisah berikut ini, meski agak lebih panjang dari biasanya.

Sejak 21 Februari 2020 Virus Corona mulai menyebar ke wilayah Italia. Dari waktu ke waktu serangan pandemi Covid-19 ini makin menakutkan. Setiap hari selalu ada informasi tentang berapa banyak orang yang meninggal, berapa banyak yang telah pulih dan berapa total orang yang terinfeksi.

Di tengah situasi kelam itu, seorang Dokter muda asal Italia, mencurahkan seluruh kemampuannya dalam menangani para penderita Covid-19. Dokter muda ini bertugas di Lombardia-Milan, Italia Utara. Ia adalah seorang atheis tetapi kembali kepada Tuhan berkat perjumpaannya dengan seorang Imam tua.

“Tidak pernah ada mimpi terburuk yang pernah saya bayangkan bahwa saya melihat dan mengalami apa yang terjadi di sini di rumah sakit kami selama tiga minggu. Mimpi buruk itu mengalir dan terus mengalir ibarat sebuah sungai. Pada awalnya ada beberapa yang datang, kemudian puluhan dan kemudian ratusan dan pada akhirnya hingga menjadi ribuan,” ungkap dokter itu.

“Sampai dua minggu yang lalu, saya dan rekan saya adalah ateis. Itu normal, karena kami adalah ‘dokter’ dan kami belajar bahwa kecanggihan teknologi dan sains tidak ada kaitannya dengan campur tangan dan kehadiran Allah. Dari dulu, saya selalu menertawakan orang tua saya yang rajin pergi ke gereja. Akan tetapi, sembilan hari yang lalu seorang Imam berusia 75 tahun mendatangi kami. Dia adalah seorang yang ramah dan rendah hati. Imam tua ini memiliki masalah pernapasan yang serius. Namun, ia selalu hadir di sini membawa Kitab Suci di tangannya, membacakannya bagi orang-orang yang sedang sekarat dan memegang mereka dengan tangannya. Imam tua itu mengesankan kami,” kisah dokter tersebut.

“Sekarang kami harus mengakui bahwa kami sebagai manusia telah mencapai titik batas, kami tidak bisa berbuat lebih banyak. Sebab, semakin banyak orang yang meninggal dunia setiap hari. Kami benar-benar kelelahan. Dua rekan kerja kami telah meninggal dan yang lainnya telah terinfeksi. Kini kami menyadari bahwa langkah yang dapat dilakukan saat ini adalah KAMI MEMBUTUHKAN TUHAN. Dan kami mulai meminta bantuan dari-Nya. Kami berbicara satu sama lain dan kami tidak percaya bahwa kami yang setiap hari adalah ateis yang keras, kini harus mencari Tuhan. Kami meminta Tuhan untuk membantu kami agar dapat merawat orang-orang sakit dengan baik. Saya ingin menghembuskan nafas terakhir saya untuk membantu orang lain”

Lebih lanjut Dokter muda itu, berkata: “Imam berusia 75 tahun itu meninggal beberapa hari yang lalu. Dia telah berhasil membantu kami dalam menghadapi kondisi yang sulit ini. Imam itu pergi kepada Tuhan dan kami akan segera mengikutinya juga. Saya belum pulang selama 6 hari, saya tidak tahu kapan saya makan terakhir kali, dan saya menyadari ketidakberdayaan saya di bumi ini dan saya ingin menghembuskan nafas terakhir saya untuk membantu orang lain. Saya senang telah kembali kepada Tuhan meskipun sedang dikelilingi oleh penderitaan dan kematian sesama manusia.”

Dengan mengatakan bahwa “sebelum Abraham jadi, Aku telah ada,” Yesus menyatakan identitas-Nya. Itu juga berarti bahwa Yesus itu abadi. Tidak pernah ada waktu Dia muncul; tidak akan pernah ada waktu ketika Dia tidak ada. Hanya ada satu pribadi yang abadi: dan satu pribadi itu adalah Tuhan. Apa yang Yesus katakan di sini tidak lain adalah bahwa hidup-Nya adalah hidup Allah. Dia mengatakan bahwa Dia sama kemarin, hari ini dan selamanya. Kita melihat di dalam diri-Nya Allah Abraham, Ishak dan Yakub, yang melihat kita dan berbicara kepada kita atau menyatakan diri kepada kita.

Perlu keterbukaan hati untuk menerima Dia sebagai Tuhan. Kekerasan hati telah membuat orang-para Farisi dan Ahli Taurat menolak-Nya. Mereka dengan keras menutup diri terhadap terhadap wahyu Allah yang mengejutkan karena mereka menolak untuk menerima kebenaran dan perubahan. Dokter ateis di Italia dalam kisah di atas, akhirnya menyadari keterbatasan mereka, tetapi sekaligus membuka hati bagi Tuhan, yang dinampakkan melalui kesetiaan dan ketulusan imam tua itu, hingga ia menyadari: “SAYA MEMBUTUHKAN TUHAN.”

Mari kita berdoa kepada, agar kita tidak mengeraskan hati, tetapi selalu terbuka terhadap wahyu Tuhan sehari-hari ketimbang berpegang teguh pada keselamatan dan keamanan duniawi. Tuhan, ajar kami terbuka terhadap Engkau dan sesama.

Virus Corona dari Wuhan,
ke seluruh dunia penyebarannya.
Kalau hati ingin nyaman.
Percaya saja kepada-Nya.

Cerita tentang dokter di atas dapat dibaca di sini: https://www.lalucedimaria.it/coronavirus-ateo-sentito-presenza-dio/

Author

Write A Comment