Sabda Hidup
Minggu, 9 Mei 2021, Minggu Paskah VI Tahun B
Terhadap Sabda Tuhan, “Kasihlah seorang akan yang lain,” ada tiga hal yang dapat kita renungkan. Pertama, ini adalah perintah, bukan undangan, anjuran, atau pilihan. Ini adalah perintah. Karena itu adalah perintah, dituntut ketaatan total. Kita tidak diberi pilihan kecuali mengikuti perintah-Nya untuk mengasihi seorang akan yang lain. Seorang murid Kristus tidak dapat berkata, “Saya tidak dapat mengasihi orang ini. Saya akan mengasihi yang itu saja.” Pernyataan Yesus adalah sebuah perintah, bukan anjuran, permintaan atau pilihan. Itu adalah suatu kewajiban.
Kedua, Tuhan mengatakan, “Kasihilah seorang akan yang lain.” Ia tidak berkata, “Kasihilah seorang akan yang lain selagi kalian masih muda dan sehat.” Ia tidak berkata, “Kasihilah seorang akan yang lain ketika kamu tidak marah lagi.” Atau, “Kasihilah seorang akan yang lain ketika yang lain itu tidak menjengkelkan lagi.” Tuhan hanya berkata, “Kasihilah seorang akan yang lain” tanpa syarat dan batasan tertentu.
Kenyataannya, sahabat-sahabat, kita adalah orang-orang yang suka menunda-nunda. Kita akan lebih suka mengasihi seorang akan yang lain minggu depan atau minggu depannya lagi. Tetapi Tuhan mengatakan kepada kita bahwa waktu terbaik untuk mengasihi bukan kemarin atau besok. Waktu terbaik untuk mengasihi dengan perintah “kasihilah seorang akan yang lain” itu adalah sekarang. Saat ini. Jika kita gagal mengasihi sekarang, besar kemunginkan bahwa kita akan gagal untuk mengasihi besok atau saat yang lain.
Ketiga, Tuhan bersabda, “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.” Tuhan tidak bersabda, “Kasihilah seorang akan yang lain seperti mereka mengasihi kamu.” Standard kita bukanlah kasih yang telah kita terima. Standard kita untuk mengasihi bukanlah kasih yang kita lihat pada diri sesama. Standard kita untuk mengasihi adalah seperti Ia telah mengasihi kita.
Jika standard kita dalam mengasihi adalah kasih yang telah kita terima dari orang lain, amatlah pasti bahwa kasih kita tidak sempurna dan tidak murni. Standard kita dalam mengasihi haruslah kasih Tuhan.
Hari ini, saat kita mempersembahkan roti dan anggur, marilah kita ingat ketiga hal ini. Mengasihi seorang akan yang lain adalah kewajiban. Saling mengasihi tanpa syarat. Dan mari kita ingat bahwa standard kita untuk saling mengasihi bukanlah kasih yang kita lihat dalam diri orang lain, tetapi kasih Tuhan yang telah tercurah bagi kita.
* * *
Kelaparan hebat melanda negeri. Seorang pengemis di jalan mengulurkan tangannya, memohon sedekah kepada Leo Tolstoy, seorang penulis besar Russia yang sedang lewat. Tolstoy berhenti, merogoh sakunya satu demi satu, ternyata ia tidak membawa uang sepeserpun. Dengan amat sedih ia berkata: “Jangan marah kepadaku, saudaraku. Aku tidak punya apa-apa.” Senyum mengembang di wajah pengemis itu yang menjadi berseri-seri. Ia menjawab: “Tetapi engkau menyebutku “saudara”. Itu merupakan hadiah besar bagiku.”
Bacaan hari ini: Kis. 10:25-26,34-35,44-48; Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4; 1Yoh. 4:7-10; Yoh. 15:9-17.