Remah Mingguan

SAKSI KEBANGKITAN

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Minggu, 18 April 2021, Minggu Paskah III Tahun B

“Kamu adalah saksi dari semua ini.”

(Luk 24: 48)

Jika penekanan Injil hari Minggu yang lalu adalah mengalami Kristus yang bangkit, penekanan Injil hari ini adalah berbagi iman dengan sesama. Kristus menghendaki kita menjadi saksi-Nya. “Kamu adalah saksi dari semua ini,” sabda-Nya. Bersaksi, seperti sebuah mata uang, mempunyai dua sisi. Sisi yang satu adalah melihat suatu peristiwa, mengetahui sesuatu melalui pengalaman pribadi, dan bukan atas dasar desas-desus. Sisi yang lain adalah kemampuan untuk menjelaskan kepada orang lain. Dengan demikian, jika kita dipanggil menjadi saksi Kristus berarti bahwa kita dipanggil terlebih dahuku untuk mempunyai pengalaman pribadi dengan Kristus dan kemudian membagikan pengalaman itu kepada orang lain. Sayangnya, banyak dari kita yang hanya setengah jalan sebab banyak yang hanya fokus pada pengetahuan atau pengenalan akan Kristus tanpa tertarik untuk membagikan pengetahuan atau pengenalan akan Kritus itu. Iman itu seperti nyala api: semakin dibagikan, semakin banyak nyala apinya dan semakin terang cahanyanya, tetapi jika ia menyala sendirian, akan menjadi berbahaya sebab dapat padam.

Konon, ayah dari seorang Filsuf Yahudi, Martin Buber mengalami kelumpuhan. Suatu hari ia diminta untuk bercerita tentang gurunya. Gurunya itu suka melompat-lompat dan menari. Maka orang tua itu, ketika bercerita tentang gurunya, begitu menghayati kisahnya sehingga ia sendiri juga melompat dan menari seperti gurunya. Sejak saat itu, ia sembuh dari lumpuhnya.

Ketika kita bercerita tentang Kristus, kita mencapai dua hal. Pertama, kita memampukan orang lain mengalami Dia dan kedua, kita sendiri semakin mengalami kekuatan-Nya. Itu yang terjadi dalam Injil hari ini.

Dua murid bertemu dengan Tuhan yang bangkit dalam perjalanan mereka ke Emmaus. Mereka kembali ke Yerusalen dan membagikan pengalaman mereka dengan para rasul. Kita baca, “sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: “Damai sejahtera bagi kamu!” (Luk 24: 36). Kristus hadir dalam proses berbagi iman dengan para rasul yang tidak percaya. Kini, kesebelas rasul dan lainnya dimampukan untuk mengalami Kristus yang bangkit. Dan tak perlu berimaginasi untuk melihat bahwa kedua murid yang berbagi pengalaman itu menguatkan iman, suatu penguatan yang besar.

Apa yang dilakukan Yesus terhadap mereka yang mengalami Dia? Pertama, Ia memberikan damai ke dalam hati mereka yang sedang galau. Kemudian Ia berusaha meyakinkan mereka bahwa Yesus dari Nasareth yang sama, yang menderita dan mati atas cara memalukan di salib itulah yang sekarang hidup dalam kemuliaan dengan Allah. Ia makan ikan goreng di hadapan mereka untuk meyakinkan mereka, Dialah yang hidup. Kemudian Ia membuka pikiran mereka untuk mengerti Kitab Suci dan bagaimana Kitab Suci berbicara tentang Dia. Akhirnya Ia mengutus mereka untuk menjadi saksi-Nya. “Kamu adalah saksi dari semuanya ini,” (Luk 24: 48).

Itulah yang dilakukan oleh Yesus saat Ia menampakkan diri dalam persekutuan para murid satu Minggu pagi lebih dari 2000 tahun yang lalu. Dan itu juga yang Ia lakukan saat ia menampakkan diri dalam persekutuan Minggu pagi, di tengah umat yang sedang berkumpul, kini dan di sini.

Perhatikan betapa aktifnya Yesus. Ia yang memberi mereka damai. Ia yang menguatkan iman mereka dan menghapus keraguan mereka. Ia yang membuka pkiran mereka dan menerangkan Kitab Suci kepada mereka. Dan Dia pula yang menentukan mereka untuk menjadi saksi. Para murid tidak berbuat banyak saat perjumpaan dengan Dia itu kecuali membuka mata untuk melihat Dia, membuka hati untuk menerima damai, dan membuka pikiran untuk ajaran-Nya. Dan akhirnya Ia berkata: “Kamu adalah saksi dari semuanya ini. Tentu saja diharapkan mereka menjawab: “Ya, Tuhan!” dan kemudian pergi dan berusaha memberi kesaksian.

Bagaimana kita menjadi saksi Kristus? Bukan dengan mengancam orang dengan api neraka. Bukan dengan berdebat dengan mereka tentang hal-hal teologis yang kontroversial. Itu sangat sederhana, seperti kedua murid yang dalam perjalanan ke Emmaus lakukan, mengisahkan cerita tentang perjumpaan personal dengan Kristus. “Hendaklah kalian selalu siap untuk memberi jawaban kepada setiap orang yang bertanya mengenai harapan yang kalian miliki, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat,” (1 Petrus 3: 15).

Bersaksi itu lebih dari sekadar berkisah tentang Kritus yang hidup lebih dari 2000 tahun lalu. Kita pasti dapat melakukannya. Bersaksi itu lebih dari sekadar membuktikan bahwa Ia bangkit. Para serdadu yang menjaga kubur sudah melakukan itu. Menjadi saksi Kristus adalah membuktikan dengan hidup kita bahwa kekuatan dan kuasa Yesus yang sudah bangkit telah menyentuh dan mengubah kita atas cara yang paling luar biasa yang bisa dibayangkan. Menjadi saksi Kristus berarti membiarkan Yesus berbicara kepada orang lain melalui diri kita. Seorang saksi adalah seorang yang berkata: “Aku mengetahui itu dan akan memperlihatkannya kepadamu.” Menjadi saksi adalah tantangan di mana Kristus berkata: “Pergilah dan perlihatkanlah bahwa kamu telah berjumpa dan mengalami Aku.”

Bacaan hari ini: Kis. 3:13-15,17-19; Mzm. 4:2,4,7,9; 1Yoh. 2:1-5a; Luk. 24:35-48.

Author

Write A Comment