Suatu ketika, seorang penginjil membagi-bagikan Kitab Suci dalam sebuah kereta yang sedang melaju di India Tengah. Salah seorang penumpang kereta itu marah. Ia mengambil Kitab Suci itu, disobek-sobeknya dengan marahnya dan dilemparkannya sobekan-sobekan itu keluar kereta melalui jendela.
Nampaknya semua berakhir di situ. Tetapi, itu hanya merupakan suatu permulaan… sebab seseorang sedang berjalan menyusuri rel kereta itu pada hari yang sama. Ia melihat secarik kertas. Diambilnya sobekan kertas itu dan ia melihat pada sobekan kertas itu tertulis: “Akulah Roti Hidup.”
Ia tidak mengerti apa arti kata-kata itu, maka ia bertanya kepada teman-temannya. Salah seorang temannya mengatakan: “Ooo…. itu dari sebuah buku kristen. Jangan kau baca buku itu. Nanti akan meracuni hidupmu!”
Tetapi ia tidak menghiraukan kata-kata temannya itu. Ia membeli sebuah Kitab Suci dan seseorang menunjukkan di mana ia dapat menemukan sabda Yesus yang mengatakan: “Akulah Roti Hidup.”
Itulah sebuah awal yang baru. Ia pelajari Kitab Suci. Hatinya berkobar-kobar oleh sabda Tuhan. Kelak kemudian orang itu menjadi seorang pengkotbah yang mewartakan Injil. Nah, kata-kata pada secarik kertas yang dibuang, melalui kuasa roh Kudus, menjadi Roti Hidup bagi kehidupan orang itu.
Betapa kuatnya kuasa Sabda Tuhan, walau hanya tertulis dalam secarik kertas yang dibuat, mampu mengubah kehidupan seseorang menjadi pengikut Yesus.
Kata-kata adalah hal termudah dan bentuk yang paling umum dalam berkomunikasi. Para pewarta sabda Tuhan telah banyak menginspirasi orang-orang kudus. Kata-kata yang baik, yang bermakna, akan dikenang, dibaca dan terus dibaca. Kata-kata adalah hal yang mengaumkan yang dapat memuaskan pendengaran dan pikiran. Lebih penting lagi, kata-kata yang baik, jika diucapkan pada saat yang tepat, dapat menyembuhkan hati.
Kata-kata juga merupakan sarana pertama dan paling mudah untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Sejak kita kanak-kanak kita diajarkan merangkai kata-kata unguk berdoa. Kata-kata yang didoakan dengan baik dapat menjadi sarana pengudusan. Ketika pria dan wanita suci berdoa dan menuliskan doa mereka, mereka mendorong orang lain untuk menjadi suci.
Namun, kata-kata juga dapat menghancurkan. Dapat membunuh karakter atau reputasi, dapat mengganggu ketenteraman keluarga, dapat menjadi rayuan gombal, dapat membangkitkan kekerasan, dapat melukai. Coba perhatikan, di media sosial, kata-kata yang terpelintir dapat dipakai untuk menjatuhkan orang lain!
Begitu banyak, ratusan, bahkan ribuan kata-kata tercurah setiap menit. Dan banyak dari kata-kata itu merusak dan melukai. Maka jangan ditambah-tambah lagi.
Dalam Injil hari ini, jawaban Petrus terhadap pertanyaan Yesus, merupakan tanggapan yang sangat mendalam. “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.” (Yoh 6: 68 – 69).
Perkataan-perkataan (sabda) hidup yang kekal, tentu saja adalah Sabda Yesus. Sabda Yesus dalam Kitab Suci yang menjadi pegangan utama hidup kita. Kita tidak dapat menerima Tubuh Kristus dalam wujud sakramen mahakudus tanpa adanya seorang imam. Tetapi Sabda Tuhan, dapat kita baca di mana saja dan kapan saja. Masalahnya, apakah kita membaca Kitab Suci?
Jadi kata-kata St Petrus yang kita dengar hari ini menjadi tantangan bagi kita. Apakah Sabda Yesus sungguh-sunggh menjadi sabda hidup bagi kita? Apakah saya paling tidak membaca Kitab Suci dan merenungkannya secara rutin? Lebih bagus lagi kalau kita mempelajari dan mendalami Kitab Suci. Dan selain itu, bukan hanya membaca dan mendalami, tetapi juga menghidupinya. Sebab menurut St. Yakobus kalau kita hanya menjadi pendengar firman, kita menipu diri sendiri (Yak 1: 22).
Melalui Sabda Tuhan ini, kita dapat memiliki hubungan pribadi dengan Allah dan persekutuan dengan-Nya. Kita dapat mengetahui merasakan kehadiran Tuhan dengan mudah. Dalam Sabda Tuhan, kita menemukan kebenaran, kebebasan, dan kehidupan.
“Sabda-Mu adalah jalan, kebennaran dan hidup kami….”
Bacaan hari ini: Yos. 24:1-2a,15-17,18b; Mzm. 34:2-3,16-17,18-19,20-21,22-23; Ef. 5:21-32; Yoh. 6:60-69.