Sabda Hidup
Minggu, 14 November 2021, Minggu Biasa XXXII
Bacaan: Dan. 12:1-3; Mzm. 16:5,8,9-10,11; Ibr. 10:11-14,18; Mrk. 13:24-32.
Akan ke manakah dunia ini? Dan secara lebih personal, menuju ke manakah hidup saya? Kapan semuanya itu akan terjadi, tak seorangpun tahu. Ilmu pengetahuan pun sulit untuk memperkirakannya. Yesus sendiri mengatakan, “Hanya Bapa yang tahu,” (Mrk 13: 32). Tetapi, apapun yang terjadi kita diharapkan untuk selalu siap bertemu dengan-Nya, kapan saja Ia datang. Tuhan datang atas pelbagai cara, memberkati kita dengan anugerah-Nya tetapi juga selalu dengan menantang kita. Menyambut-Nya membuat kita sungguh-sungguh orang-orang Kristen. Kita diundang untuk menghidupi hidup kita dalam kesadaran akan hidup abadi, memandang hidup kita sebagai persiapan bagi kehidupan kekal bersama Allah. Dalam semangat itu kita dapat berkata “Maranatha! Tuhan datanglah!”
Hidup kita diwarnai dengan pergerakan yang begitu cepat. Semakin cepat kendaraan kita, kita semakin merasa tidak sabar menunggu lampu berubah warna menjadi hijau di persimpangan. Kemacetan di jalanan menjadi tanda-tanda jaman. Semakin kita bergegas semakin kita merasa terhambat. Kehidupan harian kita dipenuhi dengan rasa frustrasi mengejar target. Apalagi setelah hampir dua tahun terhambat oleh pandemi. Bagaimanakah kita menanti? Sering kali dengan ketidaksabaran, dengan kecemasan. Tetapi penantian dapat juga diwarnai dengan harapan penuh sukacita. Bahkan pengharapan sering kali lebih menyenangkan daripada kenyataannya.
Bagaimanakah kita umat beriman harus menantikan kedatangan Tuhan? Dengan tekun dan penuh rasa tanggung jawab. Kita harus memberikan pertanggungjawaban atas hidup kita. Kita menanti secara aktif, dengan lampu iman kita tetap menyala, dan tidak jatuh tertidur. Kita harus tetap berkarya hingga akhir. Tak ada waktu ketika kita dapat mengatakan, kita sudah tiba, kita sudah menyelesaikan semuanya. Kita menantikan dengan sukacita, sebab jika kita siap, dengan sukacita kita menantikan Sang Mempelai dan masuk ke dalam perjamuan. Kita menantikan dengan penuh harapan, sebab kita menantikan Dia yang telah menyerahkan hidup-Nya untuk menebus dosa-dosa kita. Dalam dia kita percaya. Ia datang untuk mengganjar kita yang tetap setia dan namanya tertulis di buku kehidupan.
Pandangan kita ke depan, kepada akhir zaman, hendaklah tidak diwarnai dengan pesimisme, atau keputusasaan karena dosa-dosa kita. Namun kita tetap harus bertanya kepada diri kita masing-masing: seberapa siapkah kita? Entah berapa generasi ke depan dalam sejarah kita akan mengalami kedatangan Tuhan di akhir jaman. Meskipun kita tidak mengalaminya, tetap saja kita harus menghadapi kedatangan-Nya secara personal, saat Ia memanggil kita, saat kematian kita masing-masing. Bagi sebagian orang itu terjadi secara tiba-tiba, bahkan mungkin pada usia yang masih muda. Bagi yang lain kurang lebih dapat diperkirakan waktunya dan melalui proses penuaan serta penurunan kondisi tubuh yang lama. Namun pertanyaannya tetap sama: “Apakah saya siap?” Sementara itu, setiap hari kita dihadapkan pada banyak pilihan, yang sering kali kurang kita perhatikan. Kadangkala kita membuat pilihan yang baik, kadang kita salah memilih. Apakah pilihan-pilihan, keputusan-keputusan yang kita buat membantu kita untuk siap menantikan kedatangan-Nya?
Dengan kehidupan yang diwarnai kesibukan, dengan gampang kita melupakan kedatangan-Nya. Kita sering kali lebih nyaman dengan tidak pernah berpikir akan kehidupan kekal, kita lupa bahwa kematian suatu saat harus kita hadapi. Bagaimanakah kita mempersiapkan diri? Apakah saya siap sedia? Yakinkah kita bahwa Tuhan akan mengenali kita? Apa pilihan yang tepat yang saya harus tentukan hari ini?
Akhir Injil Matius mengatakan kepada kita: “Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. (Mat 25: 34 – 36).
Sahabat-sahabat, meski “hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja,” Tuhan telah menunjukkan kepada kita bagaimana kita siap sedia. Semoga saat kita berjumpa dengan-Nya Ia tidak berkata: “Sesungguhnya, aku berkata kepadamu, aku tidak mengenalmu!”