Remah Mingguan

RSVP

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Minggu, 11 Oktober 2020, Minggu Biasa XXVIII Tahun A

“Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang….. Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu.”

(Mat 22: 2, 3, 8 – 10)

“Pace, hari ini hari Minggu… mari pi gereja!” kata seorang bapak kepada temannya.
“Hmmmm….. Sa sibuk ini, sobat, biar mace dengan anak-anak saja pi gereja.”

Teman-teman akrabnya juga sudah mengingatkan sehari sebelumnya: “Sobat, besok pi gereja eh….” “Hmmmmm….. biar mace dan anak-anak saja pi gereja besok,” jawabnya.

Ternyata, sebelumnya ia juga sudah bertemu dengan pastor paroki. “Anak, besok pi gereja eh…” pastor mengingatkannya.

“Pastor, sa so janji deng teman-teman mo pi jaring ikan ni…. Gereja tra kosong juga mo… Biar mace deng anak-anak saja besok pi gereja.”

Suatu kali keluarga itu bepergian bersama satu mobil dan mengalami kecelakaan. Semua penumpang dalam mobil tewas. Singkat cerita, ketika keluarga itu sampai di pintu surga, Santo Petrus melihat mereka bersama-sama masuk. Melihat bapak itu St Petrus berkata: “Eeee…. Ko mo pi mana?”

“Ke dalam,” jawab bapak itu. “Sama-sama to satu keluarga….,” lanjutnya.

Santo Petrus menjawab: “Hmmmmmm……. Mace deng anak-anak saja!”

***

Hidup kita penuh dengan peluang yang datang mengetuk pintu dan menanti pintu dibuka baginya. Peluang-peluang memberi kita kesempatan untuk hidup dalam kepenuhan. Tetapi mereka tidak selalu ada di sana. Kita harus meraih peluang itu selagi kita punya waktu dan kesempatan. Jika tidak, kita hanya dapat menyalahkan diri sendiri. Undangan, misalnya, adalah peluang yang mengetuk pintu dan menanti agar pintu dibuka baginya. Tetapi, ketimbang berdiri dan membuka pintu, sering kali kita mengeluh, merasa terganggu suara ketukan di pintu! Atau kita menolaknya dengan pelbagai alasan.

Dalam Injil hari ini, Yesus menceriterakan sebuah perumpamaan tentang perjamuan nikah yang digelar oleh seorang raja untuk puteranya. Lembu-lembu jantan dan ternak piaraan sang raja telah disembelih dan daftar tamu undangan telah disiapkan, orang-orang terpandang dan terhormat dalam kerajaannya. Tentu saja ia menghendaki suatu pesta nikah yang pantas dikenang dengan kegembiaraan. Ketika semuanya telah siap, tamu-tamu diundangnya untuk datang. Tetapi mereka menolak untuk datang. Malahan, mereka sibuk dengan urusan mereka. Ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya. Malahan mereka menangkap hamba-hamba yang diutusnya, menyiksa dan membunuh mereka. Tentu saja betapa murka dan kecewanya sang raja. Perjamuan telah siap. Maka ia mengutus hamba-hambanya untuk mengundang semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. Bayangkan, perjamuan itu penuh dengan segala macam orang yang dijumpai di jalan, petani, buruh, nelayan, orang-orang kampung dan bahkan pengemis…

Tetapi, masih ada satu kejutan yang lain. Semua diundang – orang jahat dan orang baik, orang-orang berdosa dan orang-orang benar, orang-orang yang layak dan tak layak…. tetapi tidak semua diperkenankan tinggal dalam perjamuan itu. Perjamuan itu terbuka untuk semua. Akan tetapi, menerima undangan berarti harus datang dengan “pakaian pesta”.

Perumpamaan ini merupakan kritik terhadap orang-orang Israel. Mereka adalah bangsa terpilih. Namun mereka tidak menanggapi undangan keselamatan Allah sebagaimana mestinya. Mereka tidak setia. Maka Allah berpaling kepada bangsa-bangsa lain. Di dalam iman kepada Yesus Kristus, berhimpunlah umat pilihan baru, yakni Gereja. Sebagaimana Allah menuntut tanggapan yang pantas dari umat Israel, Allah mengharapkan pula tanggapan yang pantas dari umat pilihan baru. Kerajaan Allah terbuka bagi semua, tetapi menerima undangan berarti menerima tanggungjawab dan tantangan untuk menghidupi kemuridan Kristiani. Keharusan untuk mengenakan “pakaian pesta” adalah peringatan bagi kita masing-masing . Menerima undangan Allah berarti kita harus mengenakan “hidup yang baik dan mulia.” Menjadi anggota Gereja saja tidak menjamin keselamatan.

Perumpamaan kita hari ini mengajarkan kita untuk memanfaatkan peluang-peluang. Orang-orang yang hadir dalam pesta itu adalah orang-orang yang pandai memanfaatkan peluang. Berkat kesiapsediaannya, mereka boleh mengalami sukacita dan kegembiraan dalam perjamuan nikah yang merupakan lambang dari kebahagiaan dan sukacita abadi.

Kita telah menanggapi undangan Allah. Kita diberi kesempatan untuk meraih peluang keselamatan yang ditawarkan. Sudahkah kita menanggapi peluang itu dengan pantas? Dengan Sakramen permandian kita memperoleh peluang untuk diselamatkan. Sudahkah kita menghidupi kemuridan kristiani yang sejati?

***

Allah telah mengirimkan undangan kepada kita masing-masing. Pada undangan itu tertulis: RSVP. Répondez S’il Vous PlaîtPlease Respond!

Author

Write A Comment