Sabda Hidup
Kamis 11 Februari 2021, Hari Orang Sakit Sedunia
“Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya. Lalu Yesus berkata kepadanya: “Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Tetapi perempuan itu menjawab: “Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” Maka kata Yesus kepada perempuan itu: “Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu.” Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar.”
(Mrk 7: 26 – 30)
Pasti terasa berat bagi perempuan Siro-Fenisia itu pada awalnya menerima penolakan dari Yesus. Terlebih lagi, mendengar Yesus menyebutnya “anjing”. Pada masa itu, menyebut seseorang “anjing” berarti menganggap orang itu kotor. Anjing jalanan dipandang sebagai sesuatu yang kotor, seperti babi. Namun dengan bergurau perempuan itu menjawab kata-kata Yesus yang “kasar” itu: “Benar Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” Mungkin ia sendiri menyadari bahwa kata-kata Yesus tidak ditujukan kepadanya secara personal, tetapi Ia ingin mengatakan bahwa pilihan Allah terhadap Israel sebagai Bangsa Terpilih tetap berlaku, meski ditanggapi dengan ketidaksetiaan oleh mereka.
Dalam kehidupan kita, saat kita memohon sesuatu kepada Tuhan, mungkin pada awalnya jawaban Tuhan nampak “keras” dan “tidak adil.” Dalam proses, ketika kita dengan iman merenungkan kembali jawaban-Nya, mungkin dalam cita-rasa humor, kita akan menemukan bahwa Tuhan mempunyai maksud-maksud tertentu, yang sering kali jauh lebih baik dari harapan kita, yang sering kali belakangan baru kita pahami.
Semoga semakin hari kita menjadi semakin bijaksana, bukan memaksakan kehendak kita tetapi mengutamakan kehendak-Nya.
* * *
Hari ini juga kita peringati sebagai Hari Orang Sakit Sedunia ke-29 dengan tema “Hanya satu Gurumu dan kamu semua adalah saudara” (Mat 23: 8). Dalam pesannya, Paus Fransiskus mengingatkan kita, bahwa pada saat ini secara khusus kita ingat mereka yang menderita berkepanjangan karena Pandemi Virus Corona. Dengan Tema itu Paus mengingatkan bahwa jangan sampai iman kita tidak sejalan dengan praktek hidup kita. Di hadapan kebutuhan orang lain, terutama yang sakit, hendaklah kita menanggapinya dengan empathi dan kasih sayang, biarlah kita turut menderita bersama dengan yang menderita.
Pengalaman sakit hendaknya membuat kita menyadari kerentanan diri dan kebutuhan akan orang lain, dan terlebih lagi menyadari ketergantungan kita pada Tuhan. Pengalaman sakit dapat membantu kita menemukan makna hidup. Belajar dari Ayub, pengalaman penderitaan menjadi jalan untuk menemukan hidup yang baru dan lebih mendalam.
Penyakit mempunyai wajah ganda. Di satu pihak, mereka yang menderita menampakkan adanya ketidakadilan. Pandemi saat ini menampakkan ketidaksetaraan dan ketidakefisienan dalam perawatan orang sakit, akibat keputusan-keputusan politis, pengelolaan sumber daya dan kurangnya komitmen dari pihak yang berwenang. Hendaknya kebaikan bersama tetap menjadi prioritas yang utama. Di pihak lain pandemi ini juga menampilkan wajah-wajah mereka yang dengan penuh pengabdian dan kemurahan hati menghibur dan melayani orang-orang sakit dengan professional, pengorbanan diri, tanggungjawab dan kasih. Kedekatan seperti itu menjadi dukungan dan penghiburan tersendiri bagi mereka yang menderita. Terima kasih kepada “Orang-orang Samaria yang baik hati” di masa pandemi ini. Perlulah kita membangun kesetiakawanan yang secara konkret diwujudkan dalam pelayanan dan berbagai bentuk dukungan kepada sesama (khususnya yang menderita).
Paus juga mendorong pendekatan relasional yang memampukan pendekatan holistik kepada mereka yang sakit. Aspek relasional membantu para petugas medis bertanggungjawab mendampingi pasien di jalan penyembuhan yang didasarkan pada hubungan antarpribadi yang saling percaya. Aspek relasional ini juga memberi tempat bagi respek terhadap mereka yang sakit sekaligus menjaga professionalisme. Relasi yang bersumber pada Kristus sendiri.
Semoga perintah kasih yang Yesus wariskan kepada kita terpelihara dalam hubungan kita dengan mereka yang sakit, tersingkir dan menderita. Semoga Bunda Maria dari Lourdes yang juga kita peringati hari ini menopang harapan kita dan membantu kita untuk saling memperhatikan dengan cinta kasih persaudaraan.
Bacaan Misa hari ini: Kej. 2:18-25; Mzm. 128:1-2,3,4-5; Mrk. 7:24-30.