“Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.” (Mat 13: 33)
Ragi yang tidak digunakan akan kehilangan kapasitasnya untuk mengkhamirkan adonan; ragi harus aktif digunakan atau menjadi tidak berguna. Ragi itu harus dalam adonan untuk menghasilkan perubahan yang luar biasa. Demikian juga dengan kita semua. Kita harus berada dalam dunia untuk melakukan transformasi, untuk menghasilkan perubahan.
Agar ragi bekerja, juga dibutuhkan usaha dan tindakan manusia – adonan harus diremas dan dikerjakan. Demikian juga dengan kehidupan iman kita. Iman harus dilaksanakan. Dengan tinggal di dalam dunia, kita dipanggil untuk membawa dunia kembali kepada Tuhan.
Oleh sebab itu, seorang Kristen menjadi ragi bagi dunia sekitarnya dengan memberikan contoh atau keteladanan yang baik. Untuk memberi keteladanan yang baik ia bukan sekadar menghindari dosa, tetapi menjadi model model orang beriman yang “kompeten” dan dapat diandalkan. Di samping itu, ia harus memanfaatkan interaksi sehari-hari untuk menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai Injili kepada sesamanya. Apa yang bisa saya lakukan hari ini, di manapun saya berada, untuk menjadi ragi di lingkungan saya?
Bacaan hari ini: Yer. 13:1-11; Mat. 13:31-35.