Sabda Hidup
Jumat, 19 Februari 2021, Jumat sesudah Rabu Abu
“Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.”
(Mat 9: 15)
Berpuasa adalah salah satu praktek kesalehan yang wajib ditaati oleh semua orang Yahudi, di samping berdoa dan bersedekah. Praktek-praktek kesalehan itu diwariskan kepada kita umat Kristiani. Akan tetapi puasa yang dikehendaki oleh Yesus adalah tindakan yang keluar dari kesadaran iman yang mendalam dan jujur, bukan sekadar mengikuti tradisi atau bahkan untuk memamerkan kesalehan pribadi kepada sesama. Maka:
- Puasa yang dikehendaki Yesus adalah upaya membersihkan diri dari kecenderungan yang tidak sehat, yang tumbuh dalam diri kita dan mengolahnya sehingga mendatangkan kebaikan bagi sesama dan diri sendiri.
- Puasa dilakukan tanpa menuntut orang lain untuk melakukan hal yang sama, apalagi menuntut orang lain menciptakan suasana yang mendukung kita untuk berpuasa. Berpuasalah dalam keseharian kita dengan gembira.
- Paus Fransiskus pernah berkata: “Ketidakpedulian kepada sesama kita dan Tuhan juga merupakan godaan nyata bagi kita orang Kristen. Setiap tahun selama masa Prapaska kita perlu mendengar sekali lagi suara para “nabi” yang berseru dan mengusik hati nurani kita. Kita menjadi tidak mampu merasakan belarasa pada jeritan orang miskin, menangis bersama orang lain yang menderita, dan merasa perlu untuk membantu mereka, seolah-olah semua ini adalah tanggung jawab orang lain, bukan kita sendiri.”
“Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri! Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu,” (Yes 58: 6 – 8).
* * *
Obet beraksi kembali. Setiap Jumat malam, sesudah pulang kerja, Obet pasang api di halaman rumahnya dan tak lama kemudian merebaklah aroma daging panggang, menyebar ke tetangga-tetangganya. Masalahnya, tetangga-tetangganya adalah orang-orang Katolik. Karena saat ini masa Prapaska, mereka harus pantang daging.
Aroma yang lezat dari halaman rumah Obet dirasa mengganggu. Akhirnya mereka menyampaikan hal itu kepada pastor paroki.
Maka datanglah Pastor Paroki berkunjung ke rumah Obet. Singkat cerita, pastor dapat meyakinkan Obet untuk menjadi Katolik.
Setelah mengikuti pelajaran agama, Obet dibaptis. Ia ingat betul saat Pastor menuangkan air baptis di kepalanya, sambil berkata: “Aku membaptis engkau dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus.” Dan ia juga ingat saat itu pastor menambahkan, “Engkau lahir sebagai seorang Motu dan bertumbuh sebagai seorang Motu, tapi sekarang engkau menjadi seorang Katolik.”
Tetangga-tetangganya merasa lega. Paling tidak untuk sementara. Tetapi pada hari Jumat malam, aroma daging panggang yang lezat kembali menyeruak udara malam dan menyebar ke rumah-rumah tetangga. Dengan segera mereka memanggil Pastor paroki.
Ketika pastor bergegas masuk ke pekarangan rumah Obet, ia terhenti, terheran-heran dengan apa yang dilihatnya. Dilihatnya Obet berdiri, memegang botol air, dengan hati-hati ia siramkan air itu sedikit-sedikit ke atas daging panggang sambil berkata: “Engkau lahir sebagai seekor babi dan bertumbuh sebagai seekor babi, tapi sekarang engkau menjadi seekor ikan mujair.” Hahahahae…..
Jadi pantang dan puasa apa hari ini? Selain berpantang daging, rokok, cokelat, atau apa saja yang menjadi pilihan kita, mari kita juga berpantang dan berpuasa ketidakpedulian kita terhadap sesama.
Selamat berpantang dan berpuasa!
Bacaan Misa hari ini: Yes. 58:1-9a; Mzm. 51:3-4,5-6a,18-19; Mat. 9:14-15.