Dalam hidup bersama dengan orang lain, pinjam-meminjam itu sudah biasa. Mau bepergian, tetapi tidak ada kendaraan, “Sob, sa pinjam ko pu mobil dulu kah?” “Pinjam ngana pe motor dulu kah?” Atau mau ada keperluan, “Kawan, pinjam uang dulu kah…..” Bahkan mau menikah, pinjam gaun pengantin juga tidak aneh.
Tetapi, ada hal-hal yang tidak dapat dipinjam. Anda mau masuk surga? Anda ingin kehidupan kekal? Anda tidak bisa bilang kepada teman anda: “Kawan, sa pinjam ko pu kekudusan dulu kah…?” Kita tidak bisa bilang kepada tetangga: “ Pinjam ngana pe kebaikan hati dulu dang…” Kita tidak bisa meminjam dari orang lain relasi dengan Tuhan. Kita tidak bisa meminjam keutamaan hidup. Apa yang kita lakukan sendiri, relasi dengan Tuhan yang kita bangun sendiri, itulah yang diperhitungkan.
Dan semua itu membutuhkan proses. Tidak semudah memasak supermi. Perlu ketekunan dan kesetiaan dari waktu ke waktu. “Karena itu berjaga-jagalah!” kata Yesus. Berjaga-jaga bukan berarti menanti dan tidak berbuat apa-apa, atau bersikap waspada supaya tidak ketahuan. Berjaga-jaga adalah berbuat baik setiap waktu, entah diawasi atau tidak, entah mendapat ganjaran atau tidak. Kita berbuat baik karena “dari sono-nya” kita adalah baik. Bukankah kita dicipta seturut gambar Allah yang Mahabaik?
“Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.” (Mat 25: 13).