Sabda Hidup
Kamis, 15 Juli 2021, Peringatan Wajib St. Bonaventura
Apa itu kuk? Kuk adalah sepotong kayu besar yang biasanya dibentuk sedemikian rupa, untuk ditaruh di bagian pundak hewan. Biasanya satu kuk akan dipasang pada sepasang hewan, dengan kuk tersebut mereka akan menarik beban, seperti menarik mata bajak, pengirik atau bahkan kereta pedati.
Hewan yang dipasangi kuk haruslah spesies yang sama dan memiliki ukuran dan berat yang serupa atau tidak berbeda jauh. Contohnya, kuk dipasang pada sepasang kerbau, keledai, kuda atau sapi. Tidak bisa sapi disandingkan dengan kerbau dalam satu kuk.
Mengapa harus demikian? Karena jika berbeda spesies, mereka tidak akan dapat bekerja sama dengan baik, dan sulit diarahkan. Selain itu jika ukuran dan berat mereka yang berbeda, kekuatan dan kecepatan mereka pun akan berbeda, sehingga tidak bisa maksimal dalam bekerja.
Kuk akan terhubung ke bagian belakang dengan sebilah kayu yang akan menarik beban dimana si gembala atau petani akan mengendalikan arah kemana hewan yang menarik akan pergi.
Kuk dalam Perjanjian Lama adalah gambaran/metafor dari hukum Taurat (lih. Yer 5:5, Kis 15:10). Kuk berbicara tentang aturan yang mengikat. Agama orang Farisi adalah agama hukum dan peraturan. Mereka ingin memaksakan aturan-aturan agama mereka (600 di antaranya) pada orang lain. Agama kemudian menjadi beban dan beban yang harus dipikul di pundak seseorang.
Yesus berkata, ‘pikullah kuk yang Kupasang’. Ada kontras tersirat antara kuk Yesus dan kuk orang Farisi. Ajaran orang Farisi adalah ratusan aturan dan peraturan yang intinya mengatakan, “Jangan ini, jangan itu, jangan… dan jangan…..” untuk segala sesuatu. Sedangkan ajaran Yesus itu sederhana dan positif. Itu semua tentang mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama. Kasih membuat segalanya menjadi mungkin dan ringan.
Tidak ada beban yang terlalu berat ketika diberikan dan dipikul dalam kasih. Yesus berkata “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku.” Jadi Ia berkata: “Ambil ajaran-Ku, ambil hidup-Ku, ambil roh-Ku, ambil jalan hidup-Ku dan belajarlah pada-Ku.” Kita semua harus belajar dari Yesus. Yesus adalah guru kita dan kita adalah murid atau murid-Nya. Kita harus belajar cara-Nya menghidupi iman-Nya kepada Bapa, kita harus belajar kelembutan dan kerendahan hati-Nya, kasih dan pengampunan-Nya, iman dan kepercayaaa-Nya pada kebaikan Tuhan. Kita harus belajar dari Yesus, bagaimana mengasihi Bapa dan juga belajar bagaimana mengasihi sesama seperti diri kita sendiri.
Seperti dikatakan di awal permenungan ini, kuk dipasang pada hewan dari spesies yang sama dan hewan dengan ukuran yang kurang lebih sama. Allah Putera datang dan menjadi manusia, menjadi sama dengan kita. Meski ia tidak berdosa, ia mengalami segala efek dosa dan beban yang menyertainya. Ia menghidupi kemanusiaan secara utuh, mengalami segala kesulitan dan beban kita. Ketika kita memikul kuk hidup kita dengan Yesus, Dia juga membawa beban kita bersama kita dan memberi kita kekuatan untuk mengikuti jalan kasih-Nya.
Bacaan hari ini: Kel. 3:13-20; Mzm. 105:1,5,8-9,24-25,26-27; Mat. 11:28-30