Sabda Hidup
Sabtu, 2 Juli 2022, Sabtu Pekan Biasa XIII
Bacaan: Am. 9:11-15; Mzm. 85:9,11-12,13-14; Mat. 9:14-17.
“Anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya.”
(Mat 9: 17)
Bacaan Injil hari ini merupakan jawaban Yesus atas pertanyaan yang diajukan oleh beberapa murid Yohanes Pembaptis tentang puasa. Mereka bertanya, “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” Doa, puasa, dan sedekah adalah tiga pilar utama kehidupan agama Yahudi. Oleh karena itu, murid-murid Yohanes ingin tahu mengapa mereka dan orang-orang Farisi berpuasa sementara murid-murid Yesus terlihat “berpesta” dengan-Nya dan tidak pernah berpuasa.
Yesus menjawab pertanyaan tulus mereka dengan menggunakan tiga perumpamaan: perumpamaan “sahabat-sahabat mempelai laki-laki”, perumpamaan tentang menambal kain yang sobek, dan perumpamaan tentang kantong kulit penyimpan anggur. Pertama, Yesus membandingkan murid-murid-Nya dengan anak-anak kamar pengantin, sahabat-sahabat terpilih dari pengantin yang berpesta bersama mempelai selama seminggu bulan madu. Tidak ada yang mengharapkan mereka berpuasa. Yesus menjelaskan bahwa murid-murid-Nya akan berpuasa ketika DIA, sang mempelai laki-laki, diambil dari mereka. Dengan cara yang sama, kita harus menerima baik sukacita kehidupan Kristiani maupun salib yang ditawarkannya kepada kita. Menggunakan perbandingan bahaya menggunakan kain baru yang tidak susut untuk membuat tambalan untuk pakaian tua dan bahaya menggunakan kantong kulit tua untuk menyimpan anggur yang baru difermentasi, Yesus hendak mengatakan kepada para penanya bahwa mereka harus memiliki pikiran yang lebih fleksibel dan terbuka, serta hati yang lapang untuk memahami dan mengikuti gagasan-gagasan baru-Nya yang dalam banyak hal berbeda dari ajaran tradisional Yahudi.
Sebagai pengikut Kristus, kita pun perlu memiliki pikiran dan hati yang terbuka. Mengikuti Kristus adalah cara hidup yang baru, itu adalah anggur baru, membutuhkan cara berpikir yang baru, sikap yang baru, struktur baru. Roh Kudus, yang bekerja secara aktif dalam Gereja dan membimbing otoritas pengajaran di Gereja, memungkinkan Gereja untuk memiliki visi baru, gagasan baru, penyesuaian baru dan cara-cara ibadah baru menggantikan cara-cara lama. Kita harus memiliki hati yang terbuka dan niat baik untuk mengikuti ajaran Gereja. Pada saat yang sama, kita membutuhkan wahyu Perjanjian Lama, ajaran Perjanjian Baru dan Tradisi Suci Gereja sebagai sumber utama Iman Kristiani kita.