Sabda Hidup
Sabtu, 20 Oktober 2022, Sabtu Pekan Biasa XXIX, Peringatan Fakultatif St. Yohanes Paulus II
Bacaan: Ef. 4:7-16; Mzm. 122:1-2,3-4a,4b-5; Luk. 13:1-9.
“Jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.”
(Luk 13: 3, 5)
Dalam Injil hari ini Yesus menggunakan dua tragedi yang terjadi saat itu untuk mengajar kita tentang perlunya bertobat dan membaharui hidup. Pada suatu kesempatan, Pilatus membunuh sejumlah orang Yahudi Galilea yang memprotes ketika ia mengambil uang dari perbendaharaan Bait Suci untuk membangun saluran air di Yerusalem guna mendapatkan pasokan air yang lebih baik bagi para peziarah. Yesus kemudian menghubungkan peringatannya ke peristiwa yang lain, yaitu, sesuatu yang nampaknya adalah kecelakaan, terkait dengan pekerjaan renovasi menara kontrol pasokan air di Siloam, di mana delapan belas orang meninggal. Orang-orang Yahudi menafsirkan tragedi ini sebagai hukuman Tuhan terhadap para pekerja yang bekerja sama dengan Pilatus dalam proyek saluran air. Yesus menyangkal bahwa orang-orang Galilea itu menderita karena dosa-dosa mereka. Kemudian Ia mengajak para pendengarnya untuk bertobat agar mereka tidak menderita karena dosa mereka. Bahkan, dia menyajikan kedua insiden ini sebagai pengingat yang tentang perlunya semua orang untuk bertobat. Dia berkata, “Jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.”
Apa itu bertobat? Dalam Perjanjian Lama, kata bertobat atau yang berkaitan dengan itu muncul lebih dari 1050 kali. Sering kali diterjemahkan juga dengan kata “berbalik”. Berbalik berarti berpaling dari kejahatan dan kembali kepada Allah. Misalnya, Yehezkiel menuliskan panggilan Allah terhadap umat Israel: “Bertobatlah dan berpalinglah dari berhala-berhalamu dan palingkanlah mukamu dari segala perbuatan-perbuatanmu yang keji,” (14: 6); “Bertobatlah dan berpalinglah dari segala durhakamu, supaya itu jangan bagimu menjadi batu sandungan, yang menjatuhkan kamu ke dalam kesalahan,” (18: 30); “Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu! (33: 11).
Dalam Perjanjian Baru kata yang dipakai adalah metanoeoµ yang muncul 30 kali dan kata benda metanoia yang muncul 20 kali. Dalam Mat 21: 32 digunakan kata metamelomai yang sering diterjemakan dengan “menyesal”.
Pertobatan itu tidak seperti anak kecil yang mendapat hadiah karena menyesali kesalahannya. Cinta Tuhan kepada kita bukanlah buah dari pertobatan. Ia mencintai kita bukan karena kita bertobat atas dosa-dosa kita, tetapi karena Ia ingin mencintai kita. Sebaliknya, pertobatan adalah buah dari pengalaman dicintai Tuhan. Dengan demikian, bukan pertobatan kita yang menghasilkan cinta Tuhan, tetapi pengalaman dicintai oleh Tuhan yang menghasilkan pertobatan.
Tuhan tidak menghukum kita atas dosa-dosa yang kita perbuat. Melainkan, kita dihukum oleh dosa-dosa kita sendiri. Ketika kita berbuat salah, dosa itulah yang menghukum kita. Ketika ada sesuatu yang tidak benar, tiada kedamaian, kita merasa bersalah, kita merasa terbebani. Tuhan tidak menyebabkan kita merasa demikian. Dosa yang menyebabkan hal itu.
Setiap hari adalah kesempatan yang Tuhan berikan bagi kita untuk berbuah, apapun jenis tanah diri kita. Janganlah menyerah pada keadaan. Tanah masih bisa dicangkul, dipupuk, diolah. Hati yang kering bisa dibasahi embun kasih Allah. Dosa bisa diampuni, kesalahan bisa diperbaiki, hidup selalu bisa dibaharui.