Sabda Hidup
Minggu, 6 Desember 2020, Minggu Advent II Tahun B
“Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya!”
(Mrk 1: 3)
Suatu hari sebelum upacara sakramen baptis untuk anak-anak, Pastor cek nama-nama anak yang mau dibaptis. “Ini namanya siapa?” tanya Pastor. “Henpon, Pastor!” jawab seorang ibu. “Hah!? Handphone? Kenapa dikasih nama seperti itu?” tanya Pastor terkaget-kaget. “Henpon, Pastor. Bukan Handphone. Itu kombinasi … Bapanya bernama Hendrik dan mamanya bernama Ponsiana. Digabung menjadi Henpon!” “Oooh begitu……” Pastor terangguk-angguk kepalanya. “Lalu anak ini namanya siapa?” tanya pastor kepada orang tua yang lain. “Charger, Pastor!” “Hah!??” Pastor lebih kaget lagi. “Itu juga kombinasi, Pastor. Bapaknya bernama Charlie dan mamanya bernama Gertrude!” “Oooo….” Pastor terkagum-kagum…. “Lalu yang ini namanya siapa?” Pastor lanjut cek nama anak yang lain. “Kabel, Pastor!” “Pelee… kombinasi apa lagi?” tanya Pastor. “Bapaknya bernama Kanisius, Pastor… dan mamanya Bella….”
“Adoooh…jangan ada kombinasi yang lebih parah lagi….” Pastor pusing….
* * *
Dalam Injil hari ini (Markus 1: 1 – 8), Yohanes Pembaptis, tokoh sentral di Minggu Advent II ini, memberi kita kombinasi yang lebih sempurna untuk masa Advent: PETU. PErsiapkanlah jalan untuk TUhan! Bagaimanakah mempersiapkan jalan untuk Tuhan? “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu,” serunya (Mrk 1: 4).
Cara terbaik untuk menyambut Tuhan ialah pertobatan, mengupayakan rekonsiliasi dengan Tuhan dan sesama. Inilah pesan yang diserukan oleh Yohanes. Yohanes sendiri menunjukkan pertobatan dengan cara hidup asketiknya. “Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan,” (Mrk 1: 6). Dengan hidup ugahari kita menunjukkan bahwa makna kehidupan tidak akan ditemukan dalam kelimpahan materi tetapi dalam relasi dengan Tuhan. Kesederhanaan hidup dan ketidakterikatan (detachment) dari kekhawatiran-kekhawatiran yang tidak perlu membebaskan hati untuk relasi yang lebih baik dengan Tuhan. Persis ini merupakan sikap hati yang perlu dibangun dalam mempersiapkan diri untuk menyambut Tuhan ketimbang tenggelam dalam konsumerisme tanpa batas menjelang hari raya.
* * *
Apakah yang menjadi kunci suatu pertobatan? Yohanes Pembaptis memberikan jawabannya: “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak,” (Mrk 1: 7). Dengan kata lain, pertobatan terjadi ketika kita dengan segala kerendahan hati menerima bahwa ada seseorang yang lebih besar daripada saya dan anda. Ketika kita mengakui kekecilan kita dan kebutuhan kita akan Tuhan, pertobatan dimulai. Selama kita berpikir dan berlaku seakan-akan kitalah Tuhan Allah, maka tidak akan ada pertobatan. Pertobatan berarti merendahkan diri di hadapan kebesaran Tuhan, memberi jalan bagi Tuhan.
* * *
Seharusnya kita mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Masalahnya dengan banyak dari kita adalah bahwa kita mempersiapkan jalan bagi diri kita sendiri dan Tuhan tidak ada dalam persiapan itu. Lebih buruk lagi, kita menghalangi jalan bagi Tuhan. Dapatkah anda berkata dengan jujur bahwa anda bekerja keras agar Tuhan semakin dimuliakan? Atau anda bekerja keras untuk kebesaran dan kemuliaan anda sendiri dan kenyamanan anda? Apakah anda sungguh-sungguh mencari Tuhan, atau Dia itu sekadar tambahan, atau anda ingat akan dia hanya dalam keadaan darurat?
* * *
Bagi sebagian orang, permasalahannya adalah bahwa mereka adalah bintang bagi diri mereka sendiri, tidak memberi tempat bagi cahaya Sang Bintang sejati. Ketimbang sibuk untuk memancarkan terang Tuhan mereka sibuk menaikkan pamor dan kecemerlangan diri sendiri. Mereka ini adalah orang-orang akan terus mencoba untuk menjadi pusat perhatian, menolak untuk dengan rendah hati meninggalkan panggung dan berkata: “Bukan saya, tapi Tuhan di tempat yang Mahatinggi!
Bagaimana jika Yohanes Pembaptis menolak untuk “turun panggung”? Semua orang pergi kepadanya untuk dibaptis olehnya. Bagaimana jika dia mencari perpanjangan masa jabatannya? Alih-alih menjadi pembawa berita, bagaimana jika dia bersikeras mengaku bawha dialah juruselamat? Maka keselamatan tidak akan datang. Dia akan menjadi penghalang untuk kemajuan sejati dan keselamatan. Marilah kita bertanya pada diri sendiri hari ini: Apakah saya mempersiapkan jalan bagi Tuhan atau menghalangi jalan bagi-Nya?
* * *
Dalam masa khusus ini Gereja menyampaikan kepada kita undangan Yohanes Pembaptis untuk bertobat dan mengakui dosa-dosa kita sebagai persiapan akan kedatangan Tuhan. Ini adalah kesempatan untuk menemukan kembali ketergantungan kita sepenuhnya kepada Tuhan. Ketika kita menyadari hal ini dan memberi ruang bagi Allah dalam kehidupan, maka kita ada di jalur untuk pertobatan yang benar: mengubah diri secara penuh, melihat peristiwa-peristiwa hidup atas cara yang baru. Dengan demikian, tindakan-tindakan kita akan berubah sebagai hasil dari cara baru memandang hal-hal di sekitar kita.
Bacaan Misa hari ini: Yes. 40:1-5,9-11; Mzm. 85:9ab-10,11-12,13-14; 2Ptr. 3:8-14; Mrk. 1:1-8.