Remah Harian

PERGILAH, DAN BUATLAH DEMIKIAN!

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Senin, 3 Oktober 2022, Senin Pekan Biasa XXVII
Bacaan: Gal. 1:6-12Mzm. 111:1-2,7-8,9,10cLuk. 10:25-37.

“Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.”

(Luk 10: 36 – 37)

Kisah tentang Orang Samaria Yang Baik Hati sudah sangat familiar bagi kita. Seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho dirampok, dipukuli dan ditinggalkan setengah mati. Seorang imam yang lewat menyimpang dari tempat itu, menghindarinya. Demikian juga seorang Lewi. Akhirnya seorang Samaria yang peduli, menolong dan merawatnya dengan murah hati.

Menarik bahwa Yesus bertanya, “Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” kepada orang yang bertanya kepada Yesus di awal cerita. Ia tidak menjawab “Orang Samaria”, melainkan “Orang yang menunjukkan belas kasihan kepadanya.”

Barangkali orang itu malu mengakui bahwa dalam cerita itu justru orang Samarialah yang berbelas-kasihan. Sebab bagi orang Yahudi, orang Samaria adalah musuh bebuyutan. Di mata orang Yahudi, hanya yang buruk sajalah yang ada dalam diri orang-orang Samaria. Selain itu, belas kasihlah yang menjadi fokus utama dalam kisah ini.

Sangatlah mudah bagi kita untuk menilai dan menghakimi satu sama lain. Setiap saat, di media masa, dalam percakapan kita sehari-hari, kita baca, kita dengar, atau kita saksikan penghakiman terus menerus. Nampaknya manusia jatuh dalam sikap mudah menghakimi. Kalau tidak menilai dan menghakimi, kita sering tergoda menjadi seperti imam dan orang Lewi dalam kisah itu. Kita tergoda untuk menutup mata dan telinga terhadap mereka yang membutuhkan. Orang Papua bilang, “Malas tahu!” Apalagi ketika kita sudah jatuh dalam pengkotak-kotakan atas dasar pelbagai macam kategori. Jadi kuncinya adalah belas kasih dan belas kasih itu dinyatakan dengan murah hati. Orang Samaria itu memilih untuk mengasihi dengan murah hati ketimbang memelihara kebencian dan permusuhan yang dipelihara turun-temurun. Dengan berbelas kasih kita memilih untuk mengasihi, apapun yang terjadi.

Renungkan hari ini panggilan Allah terhadap kita masing-masing untuk berbelaskasih. Kita dipanggil menjadi alat belas-kasih-Nya. Sering kali untuk menyatakan belas kasih secara sungguh-sungguh, kita mesti terluka. Mesti terluka karena belas kasih sejati menuntut kita melepaskan ego, kesombongan, kemarahan, dendam, pandangan pribadi, prasangka, gengsi, dsb. Untuk berbelas kasih kita harus memilih KASIH. Kita memilih untuk mengasihi hingga terluka. Luka yang menjadi sumber kesembuhan.

Ibu Teresa dari Calcutta pernah berkata, “Saya temukan suatu paradoks, yaitu jika kita mengasihi hingga terluka, maka tak akan ada luka lagi, hanya kasih yang semakin mendalamlah yang ada!”

Semoga kita semakin hari semakin menjadi alat belas kasih Tuhan. “Pergi dan buatlah demikian!” perintah-Nya kepada kita. CHOOSE LOVE!

Author

Write A Comment