Remah Harian

PENUH RAHMAT

Pinterest LinkedIn Tumblr

Sabda Hidup

Selasa 8 Desember 2020, Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda

“Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.”

(Luk 1: 28)

Pesta Maria Dikandung Tanpa Noda, dalam bentuknya yang paling awal, kembali ke abad ketujuh, ketika gereja-gereja di Timur mulai merayakan Pesta Dikandungnya Santa Anna, ibu Maria. Hari Raya ini merayakan konsepsi (dikandungnya) Santa Perawan Maria di rahim Santa Anna; dan sembilan bulan kemudian, pada tanggal 8 September, kita merayakan Kelahiran Santa Perawan Maria.

Seperti yang dahulu dirayakan (dan sebagaimana masih dirayakan di Gereja-gereja Ortodoks Timur), Pesta Konsepsi (Dikandungnya) Santa Anna tentu tidak memiliki pemahaman yang sama seperti Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda di Gereja Katolik saat ini. Pesta ini masuk ke gereja Barat sekitar abad ke-11 dan kemudian mulai diikuti dengan kontroversi teologis yang berkembang. Baik Gereja Timur maupun Gereja Barat mempertahankan bahwa Maria terbebas dari dosa sepanjang hidupnya, namun ada perbedaan pengertian tentang arti dari hal itu.

Perkembangan Ajaran tentang Maria Dikandung Tanpa Noda

Karena doktrin dosa asal, beberapa orang di Barat mulai percaya bahwa Maria tidak mungkin tidak berdosa kecuali jika dia diselamatkan dari Dosa Asal pada saat konsepsinya (dengan demikian ia dikandung “tak bernoda”). Akan tetapi para teolog lain, termasuk St. Thomas Aquinas, berpendapat bahwa Maria tidak dapat ditebus jika dia tidak punya dosa,  paling tidak punya dosa asal.

Terhadap keberatan Santo Thomas Aquinas itu, muncul tanggapan seperti dikatakan oleh Beato John Duns Scotus (wafat tahun 1308), adalah bahwa Tuhan telah menguduskan Maria pada saat pembuahannya sebagai “persiapan” Perawan Maria untuk melahirkan Kristus. Dengan kata lain, dia juga telah ditebus, namun penebusannya selesai pada saat pembuahannya, dan bukan dalam Pembaptisan seperti kita.

Penyebaran Pesta ini di Barat

Setelah pembelaan Duns Scotus itu pesta ini menyebar ke seluruh penjuru gereja Barat, meski sering dirayakan pada Pesta Dikandungnya Santa Anna. Pada tanggal 28 Februari 1476, Paus Sixtus IV memperluas pesta itu ke seluruh Gereja Barat, dan pada tahun 1483 mengancam akan mengekskomunikasi mereka yang menentang doktrin Konsepsi Tak Bernoda. Menjelang pertengahan abad ke-17, semua oposisi terhadap doktrin tersebut di Gereja Katolik padam.

Pemakluman Dogma dari Maria Dikandung Tanpa Noda

Pada tanggal 8 Desember 1854, Paus Pius IX secara resmi mengumumkan Maria Dikandung Tanpa Noda sebagai dogma Gereja, yang berarti bahwa semua orang Katolik harus menerimanya sebagai kebenaran. Seperti yang Bapa Suci tulis dalam Konstitusi Apostolik Ineffabilis Deus, “Kami menyatakan, mengumumkan, dan menentukan bahwa doktrin yang menyatakan bahwa Santa Perawan Maria, sejak konsepsinya (sejak ia dikandung), dengan kasih karunia dan perkenanan Allah Yang Maha Kuasa , mengingat jasa/pahala Yesus Kristus, Juruselamat umat manusia, dipelihara bebas dari semua noda dosa asal, adalah sebuah doktrin yang diwahyukan oleh Tuhan dan oleh karena itu dapat dipercaya dengan teguh dan tetap oleh semua umat beriman.”

RENUNGAN

Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda berpusat pada kekuatan kasih Tuhan yang menjadikan kita kudus. Kesucian Santa Perawan Maria sejak saat dikandung bukanlah sesuatu yang dia capai dengan kekuatannya sendiri. Itu adalah murni anugerah dari Tuhan, diberikan kepadanya untuk tujuan penyelamatan. Sangatlah tepat bahwa perempuan yang melahirkan Sang Juruselamat kita ke dunia harus benar-benar bebas dari dosa dan bersedia melakukan pekerjaan Tuhan.

Kepercayaan kita akan Maria yang Dikandung Tanpa Noda adalah kepercayaan pada Tuhan yang Maha Pemurah, yang menyediakan masa depan, yang mempersiapkan anak-anak-Nya untuk tugas atau panggilan yang diberikan dalam hidup, bahkan sebelum mereka dilahirkan.  Tuhan yang melihat ke depan dan melengkapi kita dengan semua kualitas natural dan supernatural yang kita perlukan untuk memainkan peran yang ditetapkan kepada kita dalam “drama” keselamatan manusia. Tuhan sudah mengurapi mereka yang dipaanggil menjadi nabi, sehak mereka ada di dalam kandungan. Kepada Nabi Yeremia, misalnya, Tuhan bersabda: “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa,” (Yer 1: 5). Tuhan tidak melahirkan kita ke dunia ini seperti binatang, yang dimaksudkan untuk saling bertarung demi mempertahankan hidup. Pandangan evolusi tentang survival of the fittest, mungkin dapat menggambarkan dengan baik dunia binatang, tetapi itu bukanlah cara hidup umat Allah yang ditebus oleh rahmat dari efek kejatuhan manusia pertama dalam dosa.

Saat kita mengagumi Bunda Maria, yang paling dikaruniai Tuhan (kita selalu menyapanya sebagai yang “penuh rahmat”) pada pesta perkandungannya, marilah kita bersyukur kepada Tuhan atas cinta dan belas kasihan-Nya yang merangkul kita sejak saat kita dikandung. Seperti yang dikatakan Paulus: “Sebab di dalam Kristus Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya,” (Ef 1: 4 – 5). Semuanya adalah anugerah, segala sesuatu yang baik dalam diri kita adalah oleh kasih karunia Tuhan. Karena kita semua, anak-anak-Nya, juga dipilih dan diangkat menjadi ahli waris-Nya. Pada hari raya ini, Maria menginspirasi kita sebagai yang terkasih, ibu Juruselamat kita, yang menikmati kepenuhan kasih karunia Tuhan.

Panggilan menjadi ibu sang Juruselamat hanya sekali untuk Maria, tetapi panggilan menjadi kudus, untuk melaksanakan kehendak-Nya, juga menjadi panggilan kita, sepanjang hidup kita.

Bacaan Misa hari ini: Kej. 3:9-15,20Mzm. 98:1,2-3ab,3bc-4Ef. 1:3-6,11-12Luk. 1:26-38.

Author

Write A Comment