Salah satu pengalaman paling menyakitkan dalam hidup adalah pengkhianatan seseorang yang punya relasi erat dengan kita, seseorang yang kita percaya tentang rahasia terdalam kita, harapan, impian, rencana dan diri kita sendiri.
Hari ini kita membaca dari Injil tentang Yudas yang mengkhianati Yesus. Apakah Yesus membuat kesalahan dengan memilih Yudas menjadi salah satu murid dan teman dekat-Nya? Apa yang mendorong Yudas membuat keputusan tragis ini?
Apa pun alasan Yudas, kebesaran hati Yesus tetap berdiri kokoh ketika Dia memberi kesempatan untuk menyadari kesalahannya.
Diperkuat oleh niat jahatnya, hati Yudas tidak bisa melihat kebaikan apa pun dari Hati Yesus. Bagi Yudas, Yesus tidak memenuhi harapannya entah itu didorong oleh ketamakan dan kerakusannya, atau oleh ilusi cita-cita politis, atau karena tidak memenuhi ideal-idealnya. Dia ingin mengubah kehidupan dan misi Yesus alih-alih mengubah dirinya sendiri dan mengikuti Kristus.
Di lubuk hati saya, dapatkah saya mengatakan bahwa saya mengikuti Yesus sepenuhnya: Hidup-Nya, nilai-nilaiNya? Ataukah saya secara diam-diam berharap bahwa Dia mengalah pada keinginan saya, keinginan saya? Atau malahan mengkhianati-Nya?
Selamat mempersiapkan diri untuk menyelami betapa luas, tinggi dan dalamnya cinta Kristus.
Bacaan hari ini: Yes. 50:4-9a; Mzm. 69:8-10,21bcd-22,31,33-34; Mat. 26:14-25.