Sabda Hidup
Jumat 18 Maret 2022, Jumat Pekan Prapaskah II
Bacaan: Kej. 37:3-4,12-13a,17b-28; Mzm. 105:16-17,18-19,20-21; Mat. 21:33-43,45-46.
“Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya…. Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.”
(Mat 21: 41. 43)
Perumpamaan tentang para penggarap kebun anggur dalam Injil hari ini diceritakan oleh Yesus dalam pekan Paskah di Yerusalem. Perumpaan ini sebenarnya adalah “perumpamaan tentang penghakiman” yang secara alegoris menunjuk pada imam-iman kepala dan para Farisi yang tidak menghasilkan buah pertobatan dan pembaharuan hidup yang diharapkan dari mereka sebagai pemimpin umat Pilihan Allah. “Apatah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya? Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam?” (Yes 5: 4). Kita pun perlu menghasilkan buah dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen dan hukuman menanti jika kita “mandul” dan berbuat jahat.
Seperti orang-orang Yahudi, orang-orang Kristen generasi kedua dan ketiga memahami Allah sebagai Tuan Tanah [Pemilik Kebun Anggur]. Hamba-hamba yang diutus untuk menerima hasil adalah para nabi yang diutus Allah untuk melihat apakah umat-Nya menghasilkan buah keadilan, kasih dan kebenaran. Tetapi para penggarap – umat-Nya – menolak untuk mendengarkan para nabi dan menghasilkan anggur asam ketidakadilan, amoralitas dan berhala. Malahan mereka menganiaya dan membunuh para nabi. Sebagai upaya terakhir, tuan tanah [pemilik Kebun Anggur] itu mengutus Putera-Nya sendiri, untuk menerima hasil yakni buah-buah kebenaran dari para penggarap – umat pilihan-Nya. Tetapi mereka juga menangkap dan membunuh-Nya, dan terus menjalani kehidupan yang tidak setia dan tidak taat. Oleh karena itu, kebun Anggur Tuhan diambil dari umat pilihan-Nya dan diberikan kepada orang-orang lain [orang-orang Kristen non-Yahudi] yang diharapkan untuk menghasilkan buah kebenaran.
Perumpamaan ini menjadi peringatan untuk kita, jika kita menolak untuk mengubah hidup kita dan menjadi produktif – menghasilkan buah-buah kebenaran, kasih dan keadilan – maka “Kerajaan Allah akan diambil dari pada kita dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu,” (Luk 21: 43).
Kita pun perlu menghasilkan buah yang baik di kebun anggur Gereja. Yesus telah memberikan kepada Gereja segala sesuatu yang diperlukan untuk membuat kita menghasilkan buah. Setelah menerima Karunia Kehidupan dalam Pembaptisan, kita kita juga memiliki hal-hal berikut ini:
- Kitab Suci untuk mengetahui kehendak Allah
- Imamat untuk memimpin orang-orang di jalan Allah
- Sakramen Tobat untuk pengampunan dosa
- Ekaristi Kudus sebagai makanan rohani kita
- Sakramen Penguatan untuk kehidupan Iman yang dinamis
- Sakramen Perkawinan untuk berbagi cinta dalam keluarga, unit dasar Gereja
- Sakramen Tahbisan dimana imamat Yesus dilanjutkan di bumi dan akan dilanjutkan sampai akhir dunia, dan
- Sakramen Pengurapan Terakhir untuk mempersiapkan kita bagi kematian dan penghakiman kita.
Kita diharapkan menggunakan karunia-karunia itu dan menghasilkan buah-buah yang baik bagi Tuhan dan sesama di kebun anggur kehidupan kita. Dengan berbagi berkat, dengan mengorbankan waktu dan bakat kita untuk kesejahteraan bersama, dengan rendah hati dan penuh kasih melayani orang lain, dengan mengakui dan mendorong satu sama lain, dan dengan menghormati dan dengan tekun memenuhi kewajiban kita.
Apakah kita adalah penggarap-penggarap kebun anggur Tuhan yang bertanggungjawab? Sudahkah kita menghasilkan buah-buah yang baik?