Seorang missionaris di salah satu pulau di Kepulauan Pasifik suatu hari terkejut ketika seorang ibu masuk di pondoknya membawa segenggam pasir. Air masih menetes dari genggamannya.
“Pastor, kau tahu apa ini?” tanya ibu itu.
“Nampaknya itu pasir,” jawab misionaris itu.
“Pastor tahu, mengapa saya bawa ke sini?” tanya ibu itu.
“Tidak. Saya tentu tidak tahu jika engkau tidak mengatakannya,” jawab pastor itu.
“Baiklah, ini adalah dosa-dosa saya,” ibu itu menerangkan, “dosa-dosa saya tak terhitung banyaknya seperti pasir di tepi laut. Bagaimana mungkin saya akan mendapatkan pengampunan untuk semua dosa-dosa saya itu?”
“Kamu mengambil pasir itu dari pantai bukan?” tanya misionaris itu. “Baiklah, kembalilah ke ke sana dan kumpulkanlah pasir sebanyak yang engkau mampu. Kemudian duduklah. Perhatikanlah bagaimana air laut datang dan membasuh bukit pasir yang kau kumpulkan itu. Perlahan tapi pasti, hingga seluruhnya hanyut oleh air laut. Seperti itulah pengampunan Tuhan. Kerahiman-Nya seluas lautan. Bertobatlah, menyesal sungguh-sungguh atas dosamu, Tuhan mengampunimu.”
“Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” tanya Petrus kepada Yesus. Petrus berpikir bahwa dengan mengampuni tujuh kali ia sudah membuat suatu prestasi, sebab ia mengampuni lebih dari tuntutan hukum, yang menetapkan pengampunan sampai tiga kali.
Tetapi Yesus menjawab: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”
Pengampunan tak terbatas. Sebab kita telah menerima pengampunan tak terbatas. Kerahiman Tuhan tak terbatas….
Selamat mengampuni.
Bacaan hari ini: Yeh. 12:1-12; Mat. 18:21-19:1.
1 Comment
Pingback: PENGAMPUNAN: SULIT? – REMAH SABDA